-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

06 October 2009

Korban Kebakaran Bertahan di Kolong Tol

http://www.beritakota.co.id/berita/kota/16155-korban-kebakaran-bertahan-di-kolong-tol.html

Korban Kebakaran Bertahan di Kolong Tol
Senin, 05 Oktober 2009 00:00

BK/AGUNG NATANAEL
BERTAHAN: Ribuan korban kebakaran Rawabebek, Penjaringan, Jakarta Utara memilih bertahan di kolong tol daripada di tenda pengungsian.

Warga korban kebakaran lebih memilih menetap di bawah kolong tol daripada di tenda pengungsian. Alasannya, tenda yang didirikan Pemkot Jakarta Utara tidak cukup dan khawatir bocor saat diguyur hujan.

Penderitaan ribuan jiwa korban kebakaran di Rawabebek, Penjaringan, Jakarta Utara masih memrihatinkan. Keinginan mereka untuk kembali membangun hunian yang sudah menjadi arang belum bisa terwujud lantaran tidak adanya bantuan berupa bahan bangunan. Akibatnya untuk bertahan hidup, para korban terpaksa bertahan di bawah kolong tol Penjaringan.

Para korban enggan menempati tenda darurat yang di dirikan Pemkot Jakut lantaran tidak cukup dan sangat sempit. Apalagi harus tidur berdesak-desakan dengan korban lainnya. "Saya tidak mau menempati tenda karena sempit dan tidak cukup. Setiap malam harus berdesak-desakan dengan korban lainnya. Sementara saya punya anak perempuan. Risih rasanya jika harus tidur berdesakan seperti itu," keluh Ibu Ana salah satu korban.   

Ana menuturkan, untuk bertahan hidup, ia bersama keluarganya terpaksa membangun hunian di bawah kolong tol Penjaringan. Meskipun hanya beralaskan terpal dan kondisi seadanya. Namun kolong tol dianggapnya lebih nyaman daripada di tenda. "Di bawah kolong tol jauh lebih aman. Tidak terasa panas jika siang hari dan aman dari guyuran hujan. Jika di tenda belum tentu. Apalagi tenda yang dibangun Pemkot Jakut banyak yang bocor. Bagaimana jika turun hujan," katanya.

Ternyata tidak hanya Ana yang membangun hunian di bawah kolong tol. Ada beberapa kepala keluarga (KK) lainnya yang juga membangun hunian. Mereka juga punya alasan yang sama dengan mendirikan hunian di bawah kolong tol. "Lebih nyaman di bawah kolong tol daripada di tenda penampungan. Jika siang hari di tenda terasa panas dan pengap dan saat malam terasa dingin. Sedang di bawah kolong tol terasa hangat," kata Yayan, salah seorang korban yang tengah mendirikan hunian.

Yayan menuturkan, selama hunian di lokasi kebakaran belum bisa dibangun kembali, ia bersama keluarganya akan bertahan di kolong tol. "Sebelum saya bisa membangun dan tidak ada bantuan berupa bahan bangunan, keluarga saya akan bertahan di bawah kolong tol. Kami sangat berharap ada bantuan bahan bangunan. Sebab saat ini kami sudah tidak punya apa-apa lagi untuk membangun hunian," katanya.  

Mengomentari musibah kebakaran yang sudah melumat seluruh harta bendanya, Yayan hanya bisa pasrah. "Mau bagaimana lagi mas? Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Saat ini saja, keluarga saya hanya mengandalkan bantuan dari Pemkot Jakut dan instansi terkait. Saya masih trauma dan belum berencana apa-apa. Tapi saya tetap ingin kembali membangun hunian," katanya.

Sementara bantuan peralatan sekolah yang diberikan Walikota Jakarta Utara, Bambang Sugiyono sebelumnya sudah mulai dimafaatkan para siswa. Menurut anak-anak korban kebakaran mereka akan kembali ke sekolah pada Senin (5/10). "Saya akan kembali bersekolah. Sebab peralatan sekolah saya sudah lengkap. Meskipun beberapa buku pelajaran tidak bisa diselamatkan. Tapi beruntung masih punya baju, tas, pensil, dan buku tulis," kata Iksan salah seorang siswa di SDN Penjaringan.

Sementara tokoh masyarakat Penjaringan, Irvan mengharapkan bantuan berupa perlengkapan sekolah akan terus mengalir. Sebab masih banyak yang membutuhkan seragam sekolah. "Saya berharap bantuan berupa perlengkapan sekolah akan terus mengalir. Sebab masih banyak siswa yang membutuhkan. Anak-anak korban kebakaran tetap bersemangat untuk bersekolah meskipun dalam kondisi memrihatinkan," katanya. O day