-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

14 October 2009

Pasien Gizi Buruk Diperkirakan Meningkat Bulan Ini

http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/10/13/brk,20091013-202351,id.html

Pasien Gizi Buruk Diperkirakan Meningkat Bulan Ini  

Selasa, 13 Oktober 2009 | 15:30 WIB

TEMPO Interaktif, Surabaya – Direktur Rumah Sakit Dr. Soewandie Surabaya Didiek Riyadi memperkirakan jumlah pasien gizi buruk yang datang ke Rumah Sakit pada bulan Oktober ini akan lebih banyak dibading dengan bulan sebelumnya. "Sejauh ini saja sudah ada enam pasien baru (bulan Oktober)," kata dia, Selasa (13/10).

Perkiraan ini, kata dia, didasarkan pada masih banyaknya kasus gizi buruk yang belum terdeteksi pihak rumah sakit, baik pada pasien yang telah dirawat maupun belum dan masih belum tertangani di masyarakat.

Menurut dia, rata-rata sebanyak 25 pasien gizi buruk diterima dan dirawat di rumah sakit ini per bulan. Kebanyakan mereka adalah anak-anak dan berasal dari keluarga miskin. Mereka biasa terdeteksi menderita gizi buruk setelah masuk ke rumah sakit. Sebelumnya, saat pertama kali masuk rumah sakit, pasien ini dilaporkan menderita penyakit lain. "Dari diare, demam berdarah, atau yang lain," kata Didiek.

Dia mengatakan salah satu kendala dalam pemberantasan gizi buruk adalah belum meratanya pemahaman masyarakat terkait penyakit ini. Kebanyakan pasien terlambat mendapat perawatan karena orang tua yang tak mengetahui jika anaknya menderita gejala gizi buruk.

Untuk mengantisipasi pasien dari keluarga miskin, termasuk gizi buruk, Didiek mengatakan Rumah Sakit telah menganggarkan dana sebesar Rp 13 miliar. Dana itu digunakan untuk membantu pembiayaan pasien dari keluarga miskin.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan pemerintah kota telah menganggarkan dana sebesar Rp 6 miliar untuk membiayai pendampingan keluarga miskin. Pendampingan ini dilakukan hingga ke tingkat kampung-kampung.

Risma membenarkan kendala utama dalam memberantas gizi buruk di Surabaya adalah belum meratanya pemahaman masyarakat terkait penyakit ini. "Ini soal life style (gaya hidup) yang berkembang di masyarakat," kata dia.

Selain menganggarkan dana sebesar Rp 6 miliar, pemerintah juga telah menambah anggaran jaring kesehatan bagi masyarakat sebesar Rp 10 miliar. Sebelumnya, dana anggaran pos ini mencapai Rp 6 miliar. "Jadi total ada Rp 16 miliar," kata dia.

Dana ini digunakan untuk membiayai layanan warga Surabaya non keluarga miskin namun tak mampu membiayai layanan kesehatan saat memerlukan.

 

ANANG ZAKARIA