-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

14 October 2009

PRT Sumbang ’Remitansi’ Terbesar

http://www.beritakota.co.id/berita/ekonomi-a-bisnis/16667-prt-sumbang-remitansi-terbesar.html

PRT Sumbang 'Remitansi' Terbesar
Senin, 12 Oktober 2009 00:00

DOKUMENTASI BK
PAHLAWAN DEVISA: PARA TKI yang bekerja sebagai PRT di luar negeri memang pantas dijuluki Pahlawan Devisa. Bagaimaan tidak, dari total remitansi TKI sebesar Rp100 triliun/tahun atau setara 10% dari APBN, 65%nya berasal dari TKI informal, seperti PRT.

Meski hanya bekerja sebagai PRTI di luar negeri, namun pengiriman uang dari para pahlawan devisa ini ke dalam negeri ternyata cukup besar. Dari total remitansi TKI sebesar Rp100 triliun/tahun atau setara 10% dari APBN, 65%nya berasal dari TKI informal, seperti PRT.

MESKI harus diakui bukan sebagai pekerjaan elit dan dan membanggakan, namun sampai saat ini sumber remitansi (pengiriman uang dari luar negeri-red) terbesar yang berasal dari TKI di luar negeri, ternyata masih didominasi oleh Pembantu Rumah Tangga (PRT). Dari total remitansi TKI sebesar Rp100 triliun/tahun atau setara 10% dari APBN, 65%nya berasal dari TKI pekerja informal, seperti PRT. Sementara TKI sektor formal, hanya menyumbang 35%.

"Dari jumlah remitansi yang dikirim para TKI tersebut, berbagai kegiatan ekonomi nasional dan di daerah bisa berkembang. Tak saja di sektor Usaha Kecil Menengah (UKM), konsumsi TKI juga telah menghidupkan sektor usaha besar, seperti otomotif, semen, dan lainnya," ungkap Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat, akhir pekan.

Menurut Jumhur, jumlah remitansi yang dikirim TKI sebenarnya bisa lebih besar, kalau proporsi kerja yang dilakukan para TKI lebih besar di sektor formal. Karena TKI yang punya keahlian kerja tertentu dan berhasil mengisi lowongan kerja di sektor formal, digaji lima kali lebih besar dari posisi PRT. "Karena itu, jumlah remitansi TKI formal bisa lima kali lebih besar dari remitansi TKI yang mengisi posisi PRT," jelasnya.

Menurut Jumhur, remitansi TKI ini telah meningkatkan daya beli masyarakat Indonesia selama lebih dari 30 tahun. Peningkatan daya beli masyarakat ini tentu akan menguntungkan dunia usaha. "Remitansi telah menguntungkan dunia usaha dan perekonomian bangsa. Karena itu sudah selayaknya pengusaha berterimakasih kepada mereka," ungkap Jumhur.

Bentuk terima kasih ini, katanya, bisa diwujudkan melalui pemberian gaji kepada pekerjanya dengan jumlah lebih besar. Contoh, di Korea Selatan sejak tahun 60-an program peningkatan daya beli masyarakat melalui peningkatan upah pekerjanya sudah dilakukan. Di Asia Tenggara rata-rata upah buruh bisa dinaikkan bila labour cost dengan total cost production mencapai 21%. "Dan peningkatan daya beli pekerja bisa dilakukan dengan memotong pengeluaran biaya ekonomi tinggi dan mengalihkannya kepada kesejahteraan pekerja," tegas mantan aktivis ITB ini. Sayang, katanya, sejauh ini labour cost di Tanah Air rata-rata baru mencapai 8-10%.

Dikatakan, untuk menaikkan gaji buruh sesuai besaran gaji yang diterapkan di luar negeri, perlu political will yang kuat dari pemerintah, terutama untuk memangkas biaya ekonomi tinggi yang selama ini telah banyak memberatkan para pengusaha. O did