KCM
4 Juli 2005
Surabaya -- Sekali-sekali baca berita baik tentang TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Sekitar 200 TKI yang bekerja di berbagai sektor di Hong Kong dipastikan akan mengikuti lokakarya penulisan sastra dan jurnalistik. Kegiatan itu akan diadakan oleh sanggar sastra Cafe de Kosta, 10 Juli mendatang di negara tersebut.
Sastrawan Bonari Nabonenar, yang akan menjadi salah seorang pembicara dalam lokakarya itu, kepada Antara di Surabaya, Senin (4/7), menerangkan, kegiatan sehari tersebut akan digelar atas kerja sama dengan Hong Kong University di Kowloon.
"Selain saya, yang juga akan menjadi pembicara adalah Kuswinarto, sastrawan asal Malang," kata sastrawan asal Trenggalek yang juga Ketua Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS) itu.
Ia menerangkan pula, penyelenggara kegiatan tersebut adalah sebuah sanggar sastra bernama Cafe de Kosta, yang dibentuk oleh sejumlah TKI di Hong Kong, dengan ketuanya Ida Permatasari asal Blitar, yang sehari-hari menjadi wartawan koran Berita Indonesia di Hong Kong.
"Karena banyak TKI yang menaruh minat kepada penulisan cerpen, maka untuk penulisan sastra kami lebih banyak berbicara tentang cerpen, sedangkan untuk jurnalistik mungkin lebih banyak ke feature," lanjutnya.
Bonari mengungkapkan, selama ini dirinya memang banyak membantu para buruh migran dalam hal penulisan kreatif melalui e-mail dan mereka sudah memiliki milis sendiri untuk ajang komunikasi.
"Ternyata para buruh migran itu memiliki potensi sastra yang luar biasa. Karena itu, kami melakukan pembinaan untuk memberi semangat kepada mereka," katanya.
Katanya lagi, para TKI yang umumnya menjadi pembantu rumah tangga (pramuwisma) tersebut kini telah memiliki jaringan internet sendiri untuk betukar pikiran tentang sastra.
Mengenai kualitas karya mereka, Bonari menilai bagus dan tidak kalah dengan karya sastra lainnya. Ia memberi contoh sebuah buku semacam novel yang ditulis oleh Rini Widyawati, asisten dari sastrawan Ratna Indraswari Ibarahim di Malang, yang menghasilkan buku Catatan Harian Seorang Pramuwisma.
Namun, untuk menerbitkan karya mereka, Bonari mengaku masih kesulitan mendapatkan donatur. Akunya lagi, pihaknya akan mencarikan penerbit yang mau menyokong mereka.
"Mungkin dewan kesenian atau Taman Budaya Jatim bisa membantu penerbitan karya mereka. Karya mereka sangat unik dan khas dengan segala problematika yang mereka hadapi," nilai lulusan sastra Unesa tersebut.
Ia mengemukakan, selain merupakan media untuk mengembangkan kreativitas, penulisan karya sastra bagi buruh migran itu juga merupakan tempat mencurahkan segala problematika batin yang mereka hadapi selama berada di negeri orang.
"Di negeri orang mereka kan mengalami tekanan psikologis karena jauh dari keluarga. Mereka mengekspresikan itu dalam bentuk tulisan, sehingga menjadi produktif," ucapnya.
Umumnya para pekerja tersebut menulis di sela waktu kerja atau ketika libur.
Bonari mengemukakan, undangan menjadi pembicara di Hong Kong itu merupakan kesempatan berharga bagi dirinya untuk bertemu langsung dengan para TKI di sana.
04 July 2005
Lokakarya Sastra dan Jurnalistrik untuk TKI di Hong Kong
Diunggah oleh The Institute for Ecosoc Rights See Linked Article di Monday, July 04, 2005
Label: Buruh migran, Hongkong, tanggapan masyarakat
Subscribe to:
Posts (Atom)