-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

16 March 2004

Selama Setahun Sri Maryanti Dianiaya dan Disekap Majikan

Kompas
Selasa, 16 Maret 2004

Bekasi - Sri Maryanti (18), pembantu rumah tangga di Perumahan Pondok Ungu Permai Blok MM VI RT 04 RW 26, Kali Abang Tengah, Bekasi Utara, akhirnya terbebas dari siksaan panjang oleh majikannya.

Hari Senin (15/3), pembantu rumah tangga asal Lampung yang bekerja di rumah pasangan Daniel alias Pin Pin (28) dan Lidya (30) itu dibebaskan warga sekitar setelah mereka mendengar teriakannya.

Dalam pengakuannya kepada warga dan polisi, Sri mengatakan, selama hampir satu tahun terakhir dia sering disiksa dan disekap kedua majikannya. Sri Maryanti sudah bekerja dua tahun di rumah tersebut.

Keterangan yang dihimpun Kompas menyebutkan, Sri dapat lolos dari rumah majikannya setelah ia berteriak-teriak minta diberi makan kepada warga sekitarnya. Sebab, selama tiga hari ia mengaku tidak diberi makan dan minum.

Mendengar teriakan itu, warga yang tinggal di belakang rumah Daniel segera menghubungi warga lain. Disaksikan Ketua RT Faidi, warga kemudian membebaskan Sri yang saat itu disekap di kamar mandi. Pada saat itu Daniel dan istrinya sedang bepergian.

Setelah dibebaskan, Sri langsung dibawa ke rumah salah seorang warga, sementara Daniel dan istrinya digiring ke rumah Faidi begitu pulang pada sore harinya.

Warga yang geram dengan perbuatan majikan korban sempat memukuli Daniel dan istrinya. Bahkan, polisi terpaksa harus melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan kerumunan warga saat hendak membawa kedua tersangka ke kantor Kepolisian Sektor (Polsek) Metro Bekasi Utara.

Kepala Polsek Metro Bekasi Utara Ajun Komisaris Mardi WSD mengatakan, polisi sudah menahan Daniel dan Lidya. Daniel dimasukkan ke ruang tahanan Polsek Bekasi Utara, sementara istrinya ke salah satu ruangan di lantai dua Polsek karena harus merawat dua anak perempuan mereka yang berusia dua tahun dan satu tahun.

"Kedua tersangka sudah mengakui perbuatan mereka. Alasannya, mereka kesal karena korban sering mencuri uang dan makanan. Lalu, korban sering dipukuli. Jika keluarga itu berpergian, korban disekap di kamar mandi agar tidak melarikan diri," kata Mardi.

Tidak tampak wajah penyesalan di wajah tersangka Daniel yang bekerja di salah satu perusahaan di Pulo Gadung, Jakarta Timur. Daniel tetap bersikeras bahwa penyiksaan yang dilakukannya itu untuk memberi pelajaran kepada Sri yang dituduhnya sering mencuri makanan dan uang. Namun, ditanya kenapa dia tidak memberikan gaji yang menjadi hak Sri, tersangka tak menjawab.

Sri yang diambil dari yayasan penyalur pembantu di Jakarta Timur itu hingga kini masih di kantor Polsek Metro Bekasi Utara. Sri berharap dapat pulang ke kampung halamannya, namun ia tidak tahu bagaimana bisa mencapai tempat tersebut. Sri datang ke Jakarta untuk menjadi pembantu karena ajakan seorang tetangganya.

Selama bekerja, Sri tidak pernah pulang ke kampung halamannya. "Kami sedang berusaha untuk menghubungi keluarga korban di Lampung. Untuk sementara dia tinggal di sini dulu karena tidak ada tempat lain," kata Mardi.

Sri yang ditemui di kantor Polsek Metro Bekasi Utara, Senin kemarin, masih terlihat lemah. Dibalut celana pendek dan blus berwarna merah muda yang sudah lusuh dengan rambut yang terlihat kaku, gadis yang tidak tamat sekolah dasar itu mengatakan, penyiksaan terhadap dirinya sering dilakukan Daniel. Majikan laki-lakinya itu sering memukul dengan alat-alat, seperti gesper, alat penggorengan, gayung, atau kabel. Pemukulan biasa dilakukan terhadap bagian kepala, wajah, dan punggung. Istrinya juga ikut memukul, tetapi hanya dengan tangan kosong.

Mencuri karena lapar

Penyiksaan, kata Sri, dilakukan sejak keluarga tersebut pindah ke rumah kontrakan mereka di Bekasi hampir setahun lalu. Penyiksaan yang berlangsung cukup lama itu menyebabkan kulit pada kedua telapak tangan Sri terkelupas karena selalu disuruh mencuci pakaian dengan deterjen pemutih pakaian, serta luka memar di mata dan pipi. Gaji sebesar Rp 200.000 per bulan yang dijanjikan majikannya pun tidak pernah diberikan.

Karena kelaparan, Sri sering mengambil makanan dengan diam-diam. Sayang, perbuatannya itu acapkali diketahui sehingga majikan makin menyiksa Sri. Jika dalam kondisi babak belur seusai dihajar majikan, Sri tidak diperkenankan keluar rumah untuk menjemur pakaian. Pekerjaan itu biasanya dilakukan sendiri oleh Daniel.

Para tetangga yang mencoba memberi makan Sri dengan diam-diam saat korban diperkenankan ke halaman rumah akhirnya diketahui Daniel. Pengawasan terhadap Sri makin diperketat. Jika semua anggota keluarga tidak ada di rumah, Sri dikurung di kamar mandi.

Terakhir, kata Sri, ia sudah tiga hari berturut-turut tidak diberi makan dan minum. Meski demikian, Sri harus tetap bekerja seperti biasa. Ia pun harus tidur di kamar mandi dengan posisi duduk di kursi plastik tanpa sandaran. Pintu kamar mandi dikunci dari luar dengan kabel yang dikaitkan ke keran air di dapur.

Menurut Herlina, warga yang memiliki kunci duplikat rumah kontrakan majikan Sri, pada Minggu pagi kemarin ketika keluarga majikan pergi ke gereja, dengan sekuat tenaga Sri berdiri di atas kursi di dekat lubang angin kamar mandi. Sri berteriak cukup kencang untuk meminta makanan kepada warga yang berada di luar. Beruntung, ada seorang anak kecil yang sedang bermain yang mendengar teriakan Sri.

Anak kecil itu berlari ke rumah memanggil ibunya. Kepada Ibu Anto itu, Sri memohon diberi makanan karena ia sangat lapar. Lewat lubang angin, nasi dan air putih diberikan kepada Sri. Kemudian, peristiwa itu dilaporkan ke Ketua RT.

Menurut catatan Kompas, penyiksaan terhadap pembantu rumah tangga di Bekasi cukup sering terjadi. Kasus yang cukup menghebohkan terjadi pada Sari (18), pembantu di Jalan Camelia V RT 03 RW 25, Perumahan Taman Harapan Baru, Kota Bekasi, pada akhir tahun 2003. (ELN)