05 Maret 2007
MEDAN – Kondisi TKW asal Banyuwangi Jawa Timur, Siti Sumarni (39), yang melahirkan di atas pesawat Saudia Airlines memprihatinkan. Dia harus menanggung biaya pengobatan dan persalinan, dan tidak ditanggung maskapai itu.
Hingga saat ini masih menggunakan uang pribadinya. Ketua DPP Persatuan Pekerja Muslim Indonesia, Habib Hilal yang ditemui saat menjenguk Siti mengatakan, seharusnya pihak maskapai penerbangan bertanggungjawab terhadap biaya pengobatan dan persalinan.
"Seharusnya biaya perobatan dan persalinan Siti ditanggung oleh maskapai penerbangan karena Siti adalah penumpang," ucapnya di RSU Pirngadi, Medan, Sumatera Utara, Senin (5/3/2007).
Maskapai penerbangan internasional seperti Saudia Airlines, kata Habib,seharusnya sudah mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada penumpangnya menjadi tanggungjawab perusahaan penerbang.
"Saya dapat kabar kemarin, sebelum tiba ke Medan biaya perobatan dan persalinan akan ditanggung pihak maskapai. Tetapi begitu tiba, ternyata menggunakan uang pribadi Siti, ini kan sudah tidak benar. Apalagi Siti dirawat ditempat seperti ini pula (ruang lima), seharusnya di ruang VIP," ujarnya kesal.
Dikatakannya, saat ini Siti sudah mengeluarkan uang sakunya sendiri sebesar Rp994.940, meliputi biaya persalinan, obat-obatan, rawat bayi di incubator, ambulans, selang infus, poliklinik, honor dokter, honor bidan, dan visit dokter.
�?Itu baru biaya ketika dia masih dirawat di RS Dr Boloni,belum lagi biaya di RSU Pirngadi Medan ini,�?ungkapnya. Dia mengharapkan pihak PT Gapura selaku ground handling atau badan pelayanan di darat pesawat udara yang berhubungan dengan pihak maskapai dapat segera menyelesaikan masalah ini. Karena menurutnya pihak PT Gapura yang bertanggungjawab melakukan koordinasi terhadap maskapai penerbangan Saudia Airlines, sebelum take off meninggalkan Bandara Polonia.
�?Kami mengharapkan pihak Gapura segera melakukan koordinasi dengan maskapai penerbangan Saudi Arabia Airlines mengenai biaya perobatannya tersebut,�? jelasnya.
Selain itu, Habib juga akan menghubungi PT Avia Aviaduta yang berada di Jln Bangun Tirta II No12 Pisangan Timur Jakarta Timur, selaku perusahaan penyedianya untuk meminta tanggungjawabnya.
�?Kita juga akan menghubungi perusahaan penyedianya agar segera melakukan upaya terhadapnya,�? pungkasnya. Menurut habib, Siti Sumarni bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah Ali Abdullah Muhammad di ABHA. Dia pulang ke Banyuwangi untuk cuti melahirkan.
Siti sendiri, hingga kemarin, masih terbaring lemas. Sementara, petugas Pendamping Siti dari Badan Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BP2TKI) Sumut Siti Rolijah mengatakan, sampai saat ini pihaknya belum diperintahkan untuk menanggung biaya persalinan dan perobatan Siti selama di rumah sakit. "Belum ada koordinasi ke kita," ucapnya.
Menurutnya, hasil laporan yang kami terima biaya persalinan dan perobatannya selama di rumah sakit akan ditanggung oleh pihak maskapai penerbangan tersebut. "Kami dapat laporan dari tim bahwa biaya perobatan akan ditanggung penuh oleh maskapai," ujarnya.
Pihaknya juga sedang melakukan koordinasi PT Avia Aviaduta untuk memberitahu pihak keluarga dan melakukan koordinasi penanganan Siti berikutnya. Petugas Dinas Pelayanan Bandara Polonia Medan Djamal membenarkan biaya perawatan masih menggunakan uang Siti.
Belum ada kejelasan dari pihak maskapai penerbangan mengenai biaya pengobatannya tersebut. Selain itu, Lanjut Djamal, sampai kemarin,pihak PT Gapura sebagai ground handling, atau pihak yang bertanggungjawab terhadap pelayanan pesawat termasuk penumpang di Bandara Polonia Medan, juga tidak datang ke Rumah Sakit.
Berbeda dari sebelumnya, kondisi Siti Sumarmi setelah dua hari dirawat di RSU Pirngadi Medan mulai membaik dengan kondisi masih diinfus.
Sedangkan bayi perempuan masih berada di ruang incubator yang berada khusus di antara di ruang Perinatologi RSU Pirngadi Medan. Kondisinya terlihat masih lemah, tidak terlihat ada pergerakan tubuh baik tangan maupun kaki serta tangisan si bayi. Untuk itu, pihak petugas perinatologi terus berjaga-jaga sewaktu kondisinya berubah.
Keluarga Sunar (53), dan Supinah (48), meyakini Siti Sumarni sebagai anak kandung mereka. Meski nama yang disebut di koran Sumarni, mereka yakin yang bersangkutan adalah Sumarmi. Dalam kartu keluarga (KK), Sumarmi diketahui kelahiran Lumajang, 7 Agustus 1968. Mereka juga meyakini alamatnya bukan di Dusun Balekan, tapi Dusun Galekan, Desa Bajulmati RT 002 RW 003, Kec Wongsorejo, Kab Banyuwangi.
Keluarga tambah yakin karena di desa tersebut tidak ada warga yang bekerja di Arab Saudi selain Sumarmi. Menurut adik kandung Sumarmi, Suma’inah (33), kakaknya sudah empat tahun menjadi TKW dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Sehari-hari, dia tinggal di apartemen Saudi Abha Wakolat Asaula.
Selama bekerja di Arab, Sumarmi banyak membantu ekonomi keluarga. Hal yang mengejutkan, suami Sumarmi ternyata sudah meninggal sekitar 2 bulan lalu. Hingga kini, Sumarmi tidak dikabari jika suaminya meninggal. "Sengaja nggak dikabari, khawatir nanti kaget," ungkap Suma’inah.
Sumarmi sudah bertahun-tahun tidak pulang. Suma’inah enggan menjawab, kira-kira siapa bapak bayi yang dilahirkan kakak kandungnya itu. Pelacakan alamat keluarga Sumarmi itu sendiri dilakukan sejumlah anggota DPRD. Mulanya, Wakil Ketua DPRD Eko Sukartono, menghubungi anggota DPRD Cung Lianto yang kebetulan dari Daerah Pemilihan Kecamatan Wongsorejo. (SINDO/jri)