10 April 2007
BANYUWANGI – Tenaga Kerja Wanita (TKW) bernama Nur Hidayah, asal Dusun Serampon Desa Segobang Kec Licin nekat melompat dari lantai 5 apartemen tempat kerjanya karena berusaha kabur dari perlakuan keluarga majikan yang kejam. Beruntung nyawanya masih bisa diselamatkan.
“Pokoknya dianiaya dan dikurung, nggak boleh keluar sama sekali,�? kata anak pasangan Airudin dan Ramlah ini kepada wartawan di Banyuwangi, Senin (9/4/2007). Wanita berusia 29 tahun yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga itu mengaku sering dimarahi dan dipukul isteri majikannya yang bernama Azizah.
“Kalau kerja saya dianggap ada yang salah ya dimarahi dan dipukul majikan perempuan," tutur wanita berparas cantik ini. Ia tidak mengetahui alamat pasti apartemen tempat bekerjanya. Yang jelas berada di ibu kota Arab Saudi, Riyadh, dan nama majikannya Abdul Aziz.
Karena merasa terkekang dan sering dianiaya, Nur berniat kabur. Peristiwa tersebut terjadi pada bulan puasa tahun lalu. “Sekitar puasa dapat 10 hari," ujarnya.
Saat itu hari masih pagi dan Nur berniat kabur dengan berusaha keluar dari jendela apartemen di lantai lima. Sambil berpegangan tirai, ia berusaha merambat ke jendela di ruangan lain. Namun nahas, karena takut ketinggian, ia pingsan dan jatuh. Beruntung nyawanya bisa diselamatkan. “Karena deg-degan saya pingsan lalu jatuh,�? katanya. Setelah itu, Nur tidak ingat apa-apa lagi.
Informasi yang diperoleh dari Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Cabang Banyuwangi, Nur langsung dilarikan ke RS Al Imam di Riyadh dan dirawat selama 2,5 bulan. Lalu dipulangkan ke Indonesia akhir Desember 2006 dan dirawat di RS Polri Kramat Jati Jakarta Timur sekitar 4 bulan. “Sebelum tahun baru 2007, saya dibawa ke Indonesia�?.
Menurut Nur, Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) yang memberangkatkannya adalah PT. Amsie yang berkedudukan di Jl. Raya Condet Jakarta Timur. Sementara perantara di Banyuwangi adalah Haji Ahmad Yani, warga Desa Patoman Kec Rogojampi. “Sponsornya Haji Ahmad Yani, berangkat ke Jakarta naik bus Pahala Kencana,�? ungkapnya.
Keberangkatannya ke Arab Saudi ini merupakan yang kedua kalinya. Sebelumnya, ia berangkat pada tahun 2002 ke Jeddah melalui PT.Agrosin Jakarta dan bekerja selama 2,5 tahun. Lalu pulang dan tinggal di Indonesia selama delapan bulan dan berangkat kembali ke Riyadh pada 2005 melalui PT.Amsie.
Atas bantuan pemerintah dan jaringan serikat buruh migran, Nur kini sudah kembali ke kampung halamannya meski dalam kondisi yang menyedihkan. Hasil analisa dokter menyebutkan terdapat patah tulang punggung di delapan titik. Dokter tidak berani mengoperasi karena resiko cacat seumur hidup tetap tidak bisa dihindari. Akhirnya punggungnya cukup disangga dengan kayu.
“Tak hanya punggung, kaki dan dada saya juga sakit,�? tuturnya dengan mata berkaca-kaca. Kini Nur tidak bisa bergerak bebas dan lebih banyak berbaring. Nur adalah janda beranak satu. Anak perempuannya masih berumur 6 tahun. Beberapa tahun yang lalu, ia cerai dari suaminya.
Dibalik nasib sang TKW ini, SBMI cabang Banyuwangi melihat ada penipuan yang dilakukan Imam Wahyudi, pacar korban yang mendaftarkan Nur ke PT. Amsie. Nur sempat menyetor uang Rp1,25 juta ke Imam. Uang kiriman dari Arab Saudi yang dikirim ke Imam untuk keluarga ternyata juga ditilep.
Menurutnya, selain menuntut PT. Amsie yang dinilai tidak bertanggung jawab, SBMI juga meminta polisi mengusut kasus penggelapan uang yang dilakukan Imam.
“Kita menuntut PT. Amsie karena tidak bertanggung jawab dan melaporkan Imam dengan tuduhan menggelapkan uang kiriman Nur selama bekerja di Riyadh,�? ungkap Wakil Ketua SBMI Cabang Banyuwangi M. Khoiron. (ishomuddin/Sindo/uky)