14 Mei 2007
BANGSALSARI - Selama 18 bulan meninggalkan kampung halamannya di Desa Tisnogambar Bangsalsari, Wiwik Asmawi, TKW yang meninggal di Malaysia ternyata tak pernah sekalipun mengirim kabar kepada keluarganya. Bahkan, korban juga tak pernah mengirim uang hasil perasan keringatnya kepada keluarganya.
"Dia pergi hampir dua tahun. Namun selama berkerja belum pernah mengirim hasil," kata, Nasir Kepala Kampung Siraan, tempat korban tinggal.
Kepergian Wiwik ke Malaysia itu memang dilatar belakangi kondisi ekonomi keluarga. Hidup dengan segala keterbatasan membuatnya tidak betah hingga memutuskan untuk pergi ke Malaysia. "Sudah lama dia itu sambatan. Dan ingin hidup lebih enak," kata Hayat, salah satu tetangganya.
Terlebih lagi sejak dia cerai dengan Hasyim, suaminya beberapa tahun lalu hidupnya semakin tidak menentu. Belum lagi dia harus membesarkan dua anaknya, Tohir dan Thoyibah, dua anaknya.
Selama perceraian itu dia harus menjadi single parent untuk membesarkan kedua anaknya. Karena itu, diapun nekat pergi ke Malaysia meski harus melalui jalur ilegal. "Dia masuk melalui Tanjung Pinang, menggunakan jalur ilegal," kata Heri, pengurus Asosiasi Penyedia Jasa TKI (Apjati) Jember.
Tak hanya itu selama bekerja dia juga tidak pernah mengirim kabar. Bagaimana kondisinya dan siapa majikannya di Malaysia tidak ada yang tahu. "Sehingga kami tidak pernah tahu bagaimana kondisinya di sana," kata Mursid, salah satu tetangga dekat korban.
Sehingga ketika ada kabar Wiwik meninggal semua tetangga dan kerabatnya kaget. Tak hanya itu, sampai meninggal penderitaan Wiwik terus berlanjut. Jenazahnya harus terkatung-katung selama 12 hari. Kemudian dia juga tidak mendapat santunan resmi. Ini karena dia berangkat melalui jalur ilegal. "Sehingga tidak mendapat santunan dari pemerintah Malaysia," kata Wiwik salah satu tetangga yang menjemput di bandara Juanda.
Menurut Wiwik, jika korban berangkat melalui jalur legal, ketika meninggal seperti ini akan mendapat santunan sebesar Rp 45 juta. Tapi karena melalui illegal maka hanya mendapatkan Rp 5 juta. Dan itupun dari bos nya di Indonesia untuk digunakan sebagai biaya pemakaman. (rid)