Jumat, 01 Juni 2007
Baru Sebulan, Belum Sempat Kirim Kabar dan Uang ke Orang Tua
Tak seorang pun menyangka bahwa keberangkatan Yuyun Nuril Laili, 24, warga Dusun Doko, Desa Kepuhdoko, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke Hongkong, menjadi akhir perjalanan hidupnya.
ABI MUKHLISIN, Jombang
---
KABAR meninggalnya Yuyun begitu menampar keluarganya. Anak pertama pasangan Yusuf, 59, dan Maudluah, 43, ini dikabarkan meninggal dunia di rumah majikannya pada Jumat (25/5) lalu. Hingga kemarin, kedua orang tuanya belum memperoleh kepastian jenazah anaknya dipulangkan ke tanah kelahirannya.
"Dia masih sekitar sebulan delapan hari bekerja di Hongkong sebagai TKW. Selama itu, kami tidak pernah mendapat kabar tentang dia dan keberadaannya. Kami sendiri juga tidak tahu alamat tempatnya bekerja. Tahu-tahu kami dikabari bahwa dia meninggal di sana karena jatuh," begitu kata-kata tiada henti yang meluncur dari bibir kedua orang tua Yuyun Nuril Laili ketika ditemui di rumahnya di RT III/ RW 7 Dusun Doko. Begitu kosong, sekosong pikiran mereka membayangkan nasib anaknya yang berhenti di negeri orang.
Kabar duka itu diterima langsung keduanya melalui surat pada Minggu (27/5) sore yang disampaikan pihak Disnaker, Balanta Budi Prima PT (PJTKI yang membawa Yuyun berangkat ke Hongkong) dan perangkat setempat yang datang ke rumahnya. Sejak saat itu, hari-hari yang dilalui pasangan Yusuf dan Maudluah, serta dua orang anaknya dipenuhi kedukaan.
Hingga kemarin, kedukaan masih tampak pada mereka. Tepat di ruang tamu rumah menghadap ke utara tersebut, Yusuf dan Maudluah duduk di lembaran tikar ditemani para kerabat dan tetangganya. Wajah pucat Maudluah menampakkan kesedihan yang mendalam. Yusuf sendiri, kendatipun sekilas terlihat kuat menerima kenyataan yang menimpa putri tercintanya, namun dia mengaku kerap tak bisa tidur semenjak menerima kabar tersebut. Terlebih setelah dirinya tak kunjung mendapat kepastian jenazah Yuyun dipulangkan dari Hongkong. "Dalam surat yang kami terima, disampaikan biasanya pemberangkatan mayat sekitar lima hari bergantung investigasi kepolisian terkait penyebab kematiannya. Namun, sampai sekarang kami belum juga memperoleh kepastian kabar kapan dipulangkan," kata Yusuf.
Kedua orang tuanya hanya mendapat kabar, Yuyun meninggal di Hongkong. Penyebab sementara yang diterimanya dia jatuh di rumah majikannya. "Kelanjutan penyebab kematiannya kami tidak tahu. Yang kami tahu sebatas kabar dari Balanta Budi Prima, bahwa dia jatuh. Namun, saya meminta PT tersebut harus memulangkan jenazah anak saya sampai rumah," katanya.
Masih teringat di angan kedua orang tuanya, Yuyun Nuril Laili, gadis kelahiran Jombang 14 Januari 1983 bersama seorang teman sekampungnya Nur Sholikah berangkat dari rumah ke penampungan sementara selama enam bulan di Jakarta setelah Hari Raya Idul Fitri, 2006 lalu. Selama dalam penampungan, pihak keluarga masih kerap mendapat kabar darinya.
Setelah enam bulan berjalan, saat itu menjelang subuh, orang tuanya mengaku mendapat kabar dari Yuyun langsung bahwa dirinya akan berangkat ke Hongkong. "Dia menelepon kami berpamitan dan minta didoakan berangkat ke Hongkong. Saya sebagai orang tua, ya kami doakan, kami maafkan," ungkap Yusuf.
Seolah putus kontak. Sejak keberangkatannya ke Hongkong, hingga datang kabar duka, keduanya tak pernah mendapat kabar tentang Yuyun. Dia juga belum sempat berkirim uang sama sekali, seperti yang sebelumnya pernah dilakukan selama bekerja di Singapura. Dan, memang sebelum berangkat ke Hongkong, Yuyun sempat menjalani masa-masa bekerja di Singapura selama sekitar empat tahun. Selama itu juga, hasil kerjanya banyak menopang kebutuhan rumah tangga keluarganya. Masa-masa bersama keluarga sepulang dari Singapura hanya berjalan selama satu bulan, pada bulan puasa itu. "Banyak yang telah diberikan kepada kami. Jerih payahnya sangat membantu kami, termasuk membantu biaya adik-adiknya sekolah," kenang Yusuf dan Maudluah.
Tak ada firasat sedikit pun yang dirasakan kedua orang tuanya mengiringi kabar duka tersebut. Sehingga, kabar duka yang tertera dalam surat berkop Balanta Budi Prima PT Pusat yang disampaikan ke cabangnya di Jombang tertanggal 26 Mei 2007 tersebut sangat mengejutkan. Kini, yang bisa dilakukan kedua orang tua, kerabat dan tetangganya selain berusaha mencari kepastian jenazah dipulangkan, adalah berdoa. Sejak kabar diterima Minggu sore, mulai Senin malam dan seterusnya mereka terus berdoa. Mereka membacakan Surat Al-Ikhlas dan tahlil untuk Yuyun Nuril Laili. (*)