-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

16 July 2007

Kaki-5 Di Raya Lebak Bulus Dikeluhkan, ‘Beri Penampungan Yang Memadai’

Pos Kota
16 Juli 2007

CILANDAK (Pos Kota) – Sudah 6 bulan terakhir ini sepanjang Jl Raya Lebak Bulus tepatnya di depan terminal bis dalam kota Lebak Bulus makin dipenuhi pedagang kaki-5 yang berjualan di badan jalan. Akibatnya kawasan setempat menjadi amburadul dan kemacetan arus lalu lintas semakin tidak terkendalikan terutama menjelang sore hari. Warga khususnya pengguna jalan berharap Pemkodya Jaksel segera turun tangan menertibkannya.

Menurut Henry, karyawan swasta yang bertempat tinggal di sekitar Ciputat, semula jumlah pedagang kaki-5 tidak seperti sekarang ini. Hanya segelintir pedagang yang nekad berjualan mulai dari atas trotoar hingga badan jalan. “Sebelumnya, jumlah mereka (pedagang) masih sedikit kok, sayang aja waktu itu tidak langsung ditertibkan,” katanya yang mengaku hampir setiap pulang kerja harus terjebak kemacetan arus lalu lintas yang dari terminal dalam kota Lebak Bulus ke rumahnya bisa sekitar setengah jam lebih.

Warga berharap pengelola terminal dapat menertibkannya agar lingkungan tidak semakin semrawut terutama pada sore hari. Karena pada pagi hari, kawasan tersebut relatif bersih dan tertib. Sedangkan pemda memberikan tempat yang memadai bagi pedagang hingga tak ganggu lalu lintas.

“Memang sih itu tidak merupakan wewenang pengelola, tapi tidak ada salahnya kan juga ikut andil dalam menata keberadaan pedagang kaki-5 selain unit terkait lainnya seoerti Sudin Tramtib maupun pihak kelurahan dan kecamatan setempat,” kata Rustam, warga Kelurahan Lebak Bulus yang mengaku sudah kenyang menyampaikan hal ini baik ke pengelola terminal maupun perangkat kelurahan setempat.

TIDAK GRATIS
Kalangan pedagang mengaku selama ini sepak terjang mereka tidaklah gratis. Sebab, setiap harinya harus menyetor sejumlah uang berkisar mulai dari Rp 3 ribu perak hingga lebih tergantung jenis dagangan kepada oknum maupun kelompok preman setempat.

“Siapa bilang kami dagang gratis di sini. Kalau telat nyetor aja, langsung dah gerobak ini digebukin. Makanya, kalau dilarang dagang di sini yah seharusnya oknum dan preman juga harus ditindak dong, jangan hanya kami aja sebagai pedagang kecil,” ketus pedagang minuman dingin yang enggan disebutkan namanya karena khawatir bakal mengancam keselamatan jiwa apalagi kelangsungan usahanya.

Secara terpisah, Walikota Jaksel Syahrul Effendi mengaku geram dengan makin semrawutnya kawasan di sekitar terminal Lebak Bulus yang salah satunya disebabkan maraknya pedagang kaki-5. Karena paling tidak, dampaknya bisa mempengaruhi ke berbagai aspek terutama kebersihan atau sampah dari pedagang dan pembeli, walaupun memang tidak langsung berada di dalam areal terminal. Padahal baru-baru ini, pengelolaan terminal Lebak Bulus untuk kedua kalinya kembali mendapat predikat terminal bis kota terbersih se-Indonesia untuk kategori kota metropolitan.

“Sangat disayangkan jika kondisi ini tidak cepat ditangani tuntas. Karena itulah, saya segera perintahkan Kasudin Tramtib supaya segera menertibkannya agar tidak semakin carut marut,” tandasnya.
(rachmi)