Minggu, 09/09/2007 13:49 WIB
JAKARTA – Ketua Himpunan Pengusaha Jasa Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (Himsataki), Yunus Moh Yamani mengatakan pelaku human trafficking (perdagangan manusia) disinyalir oleh 9 agensi nakal di Yordania, yang kemudian dikirim ke wilayah konflik seperti di Irak.
Padahal, pengiriman TKI ke wilayah konflik sangat berisiko membayakan nyawa TKI. Untuk itu dia meminta kepada Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi bekerja sama dengan aparat-aparat terkait untuk mencegah terjadinya perdagangan TKI, bahkan untuk dikirim ke wilayah konflik seperti Irak.
"Kami mendapatkan surat edaran dari Depnakertras yang menyatakan agar PJTKI tidak melayani 9 nama agen TKI dari Yordania yang sudah masuk daftar hitam. Namun berdasarkan pengamatan kami, kaki tangan dari 9 agen TKI ini masih berkeliaran dan bebas beroperasi di Jakarta dan pulau Jawa mendatangi rumah-rumah calon TKI," katanya, Minggu (9/9/2007).
Akibatnya, jelas dia, seperti kasus Elly Anita yang merupakan TKW asal dusun Tirtoasri RT 02/RW 03, Desa Andongsari, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember yang saat ini dikabarkan, dalam kondisi yang terancam hidupnya karena terperangkap di wilayah konflik bersenjata di Irak, tepatnya di Mosul, Kurdisatan sekira 47 mil dari perbatasan Iran dan Turki.
Keberangkatan Elly disinyalir akibat ulah Nashwan Labur Agency, salah satu agen TKI yang telah masuk daftar hitam yang diumumkan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia Dubai. Padahal selain Nashwan masih ada 9 agen TKI asing lainnya yang berkeliaran dan memiliki kaki tangan di Indonesia.
"Mereka itu harus ditangkap dan suruh mulangin TKI kita yang telah dikirim. Paling tidak TKI-TKI yang sudah terlanjur dikirim itu diberikan jaminan perlindungan, selama dia bekerja tidak akan terjadi apa-apa. Mereka itu kan orang asing, kalau warga kita kena bom, kakinya putus, dan lainnya, apa mereka punya tanggung jawab," katanya.
Yunus menjelaskan, modus dari mafia perdagangan manusia ke wilayah konflik ini, salah satunya, bagi calon TKI yang akan dikirim ke Timur Tengah, pemberangkatannya dilakukan ke Syiria terlebih dahulu, baru kemudian dikirim ke Irak. Secara lebih jelas, bagi pengiriman TKI ke Timur Tengah selain Arab Saudi, calon TKI diperbolehkan pulang sambil menunggu keberangkatan pesawat. Namun kesempatan ini digunakan oleh calo-calo dari agensi TKI nakal untuk menawarkan keberangkatan cepat dan murah.
"Namun kenyataannya calo-calo itu mendatangi rumah TKI menawarkan keberangkatan cepat dan lainnya, dan bahkan membuat surat laporan polisi bahwa paspornya hilangnya. Akhirnya buat paspor lagi di Imigrasi. Padahal sebetulnya sudah dibuatkan paspor oleh PJTKI," paparnya.
Pihaknya menyayangkan kinerja aparat keimigrasian yang masih bisa kecolongan dengan pengiriman TKI ke Irak ini. Padahal seharusnya jika sudah menggunakan sistem pembuatan paspor biometrik, kecil sekali peluang terjadinya duplikat paspor. Namun kenyataannya masih saja terjadi paspor ganda dan lainnya. Bahkan berdasarkan laporan resmi KBRI, tercatat sudah ada 17 TKI yang dikirim ke Irak dan sekira 75 lainnya akan segera dikirim yang melalui Nashwan Labour Agency.
Direktur Perlindungan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) Marjono mengaku pihaknya mengetahui hanya 1 agen, yakni Nashwan Labour Agency yang memang sudah masuk daftar hitam. Sementara 9 agen TKI lainnya dia belum mengetahuinya. Pihaknya menjamin telah melakukan investigasi bekerja sama dengan pihak kepolisian dan lembaga terkait lain untuk mengusut kasus indikasi perdagangan TKI ke Irak.
"Yang saya tahu hanya satu Nashwan, namun ketika dikontak ke nomor teleponnya sudah nggak aktif. Bahkan ketika dilacak ke PT-nya mereka tidak mengaku. Hingga saat ini kami masih melacaknya," katanya. (abdul malik/sindo/mbs)