-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

13 February 2008

WNI Jadi Paramiliter

Selasa, 12 Februari 2008

Jakarta, Kompas - Ancaman di wilayah perbatasan Kalimantan Barat dengan Malaysia semakin serius. Selain terus meningkatkan kekuatan pasukan militernya, Malaysia juga merekrut pemuda-pemuda Indonesia untuk bergabung dalam pasukan paramiliter yang dinamakan Askar Wataniah.

Informasi itu terungkap dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR yang membidangi masalah pertahanan dengan Kepala Staf Angkatan Darat Letnan Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo, Senin (11/2).

Ketua Kelompok Kerja Panitia Anggaran Komisi I Happy Bone Zulkarnaen mengangkat persoalan ini. Komisi I mendapatkan paparan tersebut dari Pangdam VI Tanjung Pura saat kunjungan kerja akhir tahun 2007 lalu.

"Kalau ada kontak fisik, kita akan membunuhi warga sendiri," ucap Happy sembari menunjukkan foto-foto proses rekrutmen Askar Wataniah dan pelatihan tempur. Seragamnya pun mirip militer.

Malaysia juga menggeser sejumlah patok batas. Tim Kodim 0906/Tanjung Pura berhasil mengambil gambar patok-patok yang bergeser itu pada 30 Juni 2007. Pergeseran patok batas selama tahun 2007 tercatat dilakukan sebelas kali.

Hasil pemantauan tim survei Taman Nasional Kayan Mentarang dan WWF pada 24 Juli 2007 menggunakan pesawat perintis Cessna juga menemukan lokasi aktivitas jalan dan kompleks bangunan pada koordinat 4°21'10" LU dan 115°56'45" BT yang berdekatan dengan HPH Sabah Forest Industry Corporation milik Malaysia. Hal ini diduga terkait dengan praktik penebangan hutan oleh Malaysia di perbatasan.

Sabuk perbatasan

Agustadi mengatakan sudah menyampaikan persoalan ini ke Panglima TNI. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah membangun "sabuk perbatasan". Jalan perbatasan ini menjadi penting untuk mengatasi kondisi medan yang sulit ditempuh.

Dia mencontohkan salah satu kasus pencurian kayu oleh Malaysia yang menggunakan helikopter besar, sedangkan helikopter milik TNI AD untuk menuju perbatasan harus melakukan dua kali pengisian bahan bakar. Dengan cara itu pun titik pendaratan masih sangat jauh dan harus ditempuh dengan berjalan kaki.

"Di sana ditemukan penggergajian kayu milik Malaysia dari hutan kita. Jadi orang kita disuruh mencuri," kata Agustadi memaparkan.

Dengan dibangunnya "sabuk perbatasan", Agustadi yakin pencurian kayu oleh Malaysia dan pemindahan patok batas tidak akan berani dilakukan.

Terkait pemindahan patok batas, menurut Agustadi, dalam rapat dengan jajaran Menkopolkam, pihaknya telah mengusulkan untuk memindahkan kembali patok itu, bahkan sampai dua kilometer ke arah Malaysia. Tapi, Departemen Luar Negeri menyarankan agar diadakan rapat dulu dengan pihak Malaysia. (Sut)