Lisa Toulasik (4,9 tahun), asal Oelunggu, Kecamatan Lobalain,
Kabupaten Rote Ndao, NTT, yang menderita busung lapar.
[BA'A] Sejumlah orangtua di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur
(NTT), mengaku takut membawa anaknya yang menderita busung lapar
untuk berobat. Sekalipun telah didatangi dan diimbau petugas kesehatan
agar segera ke rumah sakit atau puskesmas, mereka tetap
enggan karena tidak memiliki biaya.
Ny Vonny Toulasik (40), warga Oelunggu, Kecamatan Lobalain kepada SP,
Senin (10/3) mengatakan, pekerjaan sebagai buruh tani
menyulitkannya menghidupi empat anak, sehingga dua di antaranya
menderita busung lapar.
"Saya takut ke rumah sakit karena tidak ada uang. Bagaimana saya harus
bayar ojek karena jarak ke rumah sakit cukup jauh, demikian
pula bagaimana kalau saya disuruh bayar ini dan itu," keluh perempuan
yang ditinggal mati suaminya tahun lalu itu.
Secara terpisah, Ny Silpa Selak, warga Tuandao mengatakan, sekalipun
telah didatangi dan diimbau sejumlah pejabat sejak Sabtu pekan lalu,
ia tidak bisa membawa anaknya, Kartika (2,1 tahun) ke rumah sakit
karena ketiadaan uang. Suaminya hanya seorang buruh pelabuhan yang
berpenghasilan rendah, sehingga kadang-kadang tidak cukup untuk makan
sehari-hari.
Sejak awal Januari 2008 hingga kini tercatat 16 balita yang menjalani
perawatan dan pemulihan gizi di RSUD Ba'a. Empat balita
meninggal dunia karena kondisinya sudah sangat kritis ketika dibawa
orangtuanya. "Saat ini masih tersisa tiga balita yang menjalani
perawatan dan pemulihan gizi. Yakni dua penderita gizi buruk, Ivan
Henukh (1,1 tahun) dan Rinita Manehat (1,5 tahun), serta Rehan
Manehat (4 bulan) yang menderita kekurangan gizi," ungkap Kepala RSUD
Ba'a, dr Delly Pasande.
Sekretaris Kabupaten Rote Ndao, Joel Jacob mengatakan, penanganan
darurat segera dilakukan menggunakan dana di dinas terkait. "Semua
petugas di puskesmas maupun pustu, camat, lurah, kepala desa dan bidan
desa dikerahkan menangani gizi buruk," katanya.
Wakil Bupati Bernard Pelle menambahkan, petugas kesehatan saat ini
secara intensif menangani penderita gizi buruk dengan memberikan
makanan tambahan dan pemberian obat-obatan di lapangan.
Berkaitan dengan pernyataan kedua pejabat ini, Ny Vonny Toulasik dan
Ny Silpa Selak mengatakan, "hingga kini kami belum pernah menerima
bantuan apa pun dari pemerintah daerah, kecuali imbauan untuk berobat". [120]
SP/Adhie Malehere
