-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

20 March 2008

Miskin Bukan Sebab Utama Kurang Gizi

Radio Nederland Wereldomroep, 20-03-2008

Kasus gizi buruk pada anak-anak semakin marak. Sementara pemerintah belum anak-anak-gerbong-kereta.jpgbanyak berbuat untuk mengatasi kekurangan gizi. Penyebabnya bukan saja soal kemiskinan. Ada hal-hal lain yang mempengaruhi kasus gizi buruk. Antara lain pendidikan dan pengetahuan orang tua. Mengapa kekurangan gizi semakin meningkat saat ini? Ikuti wawancara Radio Nederland Wereldomroep dengan Masruchah dari Koalisi Perempuan Indonesia:

Pemerintah tidak bertindak
Masruchah [MH]: Gizi buruk dan busung lapar di Indonesia itu sudah bertahun-tahun, bahwa tidak hanya pada masa era reformasi tetapi sejak Orde Baru sudah terjadi. Tetapi memang situasi belakangan ini makin tinggi, angka gizi buruk dan busung lapar. Tapi satu sisi gitu ya, kalau kami melihat pemerintah tidak bersikap apapun terhadap persoalan busung lapar maupun gizi buruk. Kalau belakangan ini kasus misalkan di Makassar ada seorang ibu meninggal gitu ya, yang ini tidak ada tindakan secara tepat dari pemerintah dan juga dari legislatif.

Radio Nederland Wereldomroep [ RNW ]: Apa yang sebetulnya harus diperbuat oleh pemerintah, untuk mengatasi hal seperti ini?

Mendukung masyarakat miskin
MH: Ya, saya kira harus ada perhatian secara khusus ya, pada masyarakat miskin. Kalau kita ngomong busung lapar, gizi buruk itu kan kira-kira gitu ya, komunitas miskin para perempuan ini juga harus ada pendidikan yang lebih baik. Karena misalkan satu sisi, secara sumber daya alam itu ada di lingkungan mereka, tetapi mereka tidak bisa memanfaatkan dengan baik sumber daya alam yang ada.

Dan saya pikir, ini adalah bagian pendidikan yang mesti dimiliki oleh mereka dan pemerintah mesti memberi penyadaran dan informasi yang baik kepada mereka. Selain juga harus ada dana secara khusus yang dialokasikan untuk mendukung masyarakat-masyarakat yang mengalami kemiskinan, selain kalau saya bilang dana ini bisa sifatnya gitu ya, dana pinjaman. Atau kemudian ada training-training untuk meningkatkan ketrampilan mereka sehingga ke depannya bisa lebih baik untuk kehidupannya.

Sekarang ini misalkan pemerintah bilang, akan memberi beras untuk orang miskin. Tetapi saya kira ini kan, untuk kelompok-kelompok yang memang perlu di suport. Tetapi ada hal yang mesti dilakukan, kalau saya bilang soal pendidikan ini penting, pendidikannya nggak diberikan. Nah, kalau orang kemudian dikasih upah, beras tapi tidak ada pekerjaan dan juga tidak ada ketrampilan. Ini masalah. Dan ini yang makin meningkat di Indonesia, karena memang situasi kemiskinan makin tinggi, lalu harga-harga juga makin membumbung, karena BBM terus menerus meningkat di Indonesia.

RNW: Ibu, ini kalau bicara soal penghapusan gizi buruk ya bu, ini berkaitan dengan masalah kemiskinan, masalah dana dan lain sebagainya ya bu, kalau misalnya benang kusut ini kita uraikan satu per satu, kira-kira mana yang harus di dahulukan ini?

Kacang hijau untuk pertumbuhan
MH: Pendidikan rakyat penting untuk ditingkatkan, jadi harus ada alokasi dana untuk pendidikan secara baik. Karena kalau saya bilang pendidikan. Ketika pendidikannya meningkat maka dia akan mendapatkan informasi soal kesehatan yang memadai, dan dia juga bisa meningkatkan ketrampilan dia, untuk mengakses kerja-kerja yang baik sehingga secara ekonomi dia juga akan menguat. Kalau pendidikan yang baik dia juga memiliki bargaining (tawar menawar.red) yang baik di dalam rumah tangga atau dengan masyarakat, atau pihak pemerintah.

RNW: Ada nggak, kaitannya gizi buruk ini dengan tradisi masyarakat setempat yang selama ini mereka pegang?

Gara-gara media
MH: Tradisi masyarakat soal makanan, misalkan dengan sumber daya alamnya, menurut saya kalau mereka bisa menggunakan dan bisa memanfaatkan dengan baik, itu kan juga berkaitan dengan pendidikan mereka. Tetapi kadang-kadang gara-gara iklan gitu ya, gara-gara media misalkan anak-anak kecil di media-media dibiasakan misalkan dengan makanan-makanan yang tidak diolah.

Makanan-makanan yang sebenarnya banyak obat-obat pengawet ini bermasalah. Dan kalau memang bisa memanfaatkan secara baik, tanaman atau jenis makanan di lingkungannya misalkan semacam kacang hijau, ini sebenarnya akan bagus ya, untuk pertumbuhan anak. Tapi ini kan soal pendidikan orang tua. Kadang-kadang yang tidak memahami soal manfaatnya kacang hijau dan juga tanaman disekitar mereka.