-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

14 March 2008

Penderita Gizi Buruk Merebak

Anak penderita gizi buruk, Bogor.
Anak penderita gizi buruk, Bogor.

13/03/2008
Liputan6.com, Bogor: Melihat kondisi tubuh Muhammad Suhendi, setiap orang mungkin sulit mempercayai bocah laki-laki ini sudah berusia empat tahun. Betapa tidak, berat tubuhnya hanya enam kilogram, jauh di bawah berat badan anak seusianya. Gizi buruk menjadi penyebab tubuh kurus anak tunggal pasangan Abas dan Ayi Sumiyati ini. Gizi buruk pula yang membuat tangan dan kaki Muhammad Suhendi mengecil. Dengan kondisi seperti itu, Muhammad Suhendi hingga saat ini hanya bisa terbaring di rumahnya, Kampung Cipari, Cisarua, Bogor, Jawa Barat.

Sang ayah yang hanya memiliki penghasilan pas-pasan sebagai penjaga vila, tak mampu berbuat banyak. Terlebih, mereka ditolak pihak Rumah Sakit Umum Ciawi, saat membawa Muhammad Hendi untuk dirawat di sana sebagai pasien gizi buruk dari keluarga miskin. Namun, pihak RSU Ciawi membantah pernah menolak merawat Muhammad Suhendi, sebagai pasien gizi buruk dari keluarga miskin. Pihak rumah sakit pun mengaku sangat mampu menangani penderita gizi buruk.

Masalah Muhammad Hendi juga terkait dengan tidak dimilikinya Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin (Askeskin). Padahal keluarga mereka tercatat sebagai salah satu keluarga miskin di Kampung Cipari. Sudah dua kali Abas mencoba mengurus Askeskin, tapi selalu ditolak petugas tanpa alasan yang jelas.

Kasus penderita gizi buruk terus bertambah di sejumlah daerah. Di Makassar, Sulawesi Selatan, ditemukan lagi bocah yang menderita gizi buruk. Rumah yang terbuat dari kayu dan papan lapuk di permukiman kusta di Jalan Dangko, Makassar, menjadi saksi bisu penderitaan hidup Supriyadi, bocah usia lima tahun yang menderita gizi buruk. Sang ayah, Amiruddin yang berprofesi sebagai pengemis jalanan, tidak mampu lagi memberi gizi yang layak untuk Supriyadi. Tak mengherankan, bila di usianya yang masih terbilang belia, Supriyadi memiliki perkembangan tubuh tidak sempurna.

Tak jauh dari rumah Supriyadi didapati pula penderita gizi buruk lain bernama Firman. Kondisi Firman yang berusia satu tahun ini tak jauh berbeda dengan Supriyadi. Ia pun tak pernah mendapatkan asupan gizi yang memadai. Ini lantaran kedua orang tuanya juga berprofesi sebagai pengemis jalanan. Kedua bocah tersebut memiliki perut yang besar dengan tubuh ceking pertanda menderita marasmus. Berbagai upaya ditempuh orang tua mereka untuk mengobati kedua anak ini, namun selalu terkendala persoalan biaya.

Penderita gizi buruk juga ditemukan di Bengkulu. Kali ini gizi buruk diderita Hengki Farel, bayi berusia sepuluh bulan. Farel, saat ini mendapat perawatan intensif di rumah sakit setempat karena mengalami kesulitan bernapas. Farel menderita gizi buruk juga karena orang tuanya tidak mampu.

Pada tahun ini di Bengkulu, tercatat sedikitnya 377 anak penderita gizi buruk yang sempat dirawat di rumah sakit setempat. Ironisnya, seorang di antaranya meninggal dunia.(ANS/Tim Liputan 6 SCTV)