Rabu, 19 Maret 2008 - 23:57 wib
MADIUN - Jumlah balita penderita gizi buruk di Kabupaten Madiun sepanjang tahun 2007 lalu cukup memprihatinkan. Dari data yang diungkap Dinas Kesehatan (Dinkes) Madiun, jumlah penderita gizi buruk mencapai 201 anak. Sedangkan, jumlah balita yang lahir sebanyak 42 ribu anak. Sehingga, prosentase jumlah penderita gizi buruk sekitar 0,8 persen.
Penderita gizi buruk ini menyebar di 15 wilayah kecamatan di Kabupaten Madiun. Rata-rata penyebab gizi buruk ini adalah faktor kemiskinan. Kurangnya asupan makanan dan gisi yang memadai, salah urus dan perawatan, sampai ditelantarkan oleh orang tuanya.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Madiun Sudiyo, temuan gizi buruk ini didapatkan dari hasil pemeriksaan secara rutin di posyandu dan puskesmas yang tersebar di wilayah Madiun sepanjang tahun 2007. Bayi yang menderita gizi buruk, kata dia, ciri-cirinya memiliki berat badan dibawah berat badan normal.
"Balita penderita gizi buruk ini berat badannya dibawah 70 persen berat badan ideal. Itu bisa dilihat setelah dicocokkan antara berat badan si bayi dengan umurnya," ujar Sudiyo, di Madiun, Jawa Timur, Rabu (19/3/2008).
Kurangnya asupan gizi, vitamin, dan protein pada bayi dibawah umur 2 tahun, kata dia, akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi serta otaknya. Sebab, jika asupan gizinya kurang maka otaknya tidak akan bisa berkembang dengan baik.
Selain itu, sel dan jaringan otak juga tidak akan berkembang dengan baik. Padahal, jika dalam masa ini pertumbuhan dan perkembangan otaknya tidak baik akan berdampak selamanya pada si bayi. "Kalau sel jaringan otaknya tidak terbentuk maka tidak akan bisa dipulihkan lagi," jelasnya lagi.
Menurut dia, dari 201 balita yang menderita gizi buruk ini pada tahun 2007 lalu sudah ditangani. Balita itu, kata dia, sudah ditangani dengan memberikan asupan makanan dan gizi yang dibutuhkan. Selain itu, juga memberikan makanan tambahan untuk memulihkan kondisi si bayi.
"Sebanyak 90 hari balita penderita gizi buruk ini kita tangani dengan memberikan asupan gizi dan makanan tambahan. Setelah itu kita pantau perkembangan dan pertumbuhannya setiap waktu di Posyandu," ungkapnya.
Menurut Kasubag Humas Pemkab Madiun, Mardiii, program perbaikan gizi buruk pada balita dilakukan oleh pemerintah daerah dibantu oleh pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.
Untuk tahun 2007 lalu, kata dia, untuk pemulihan penderita gizi buruk diberi tambahan makanan dan vitamin untuk balita dianggarkan sebesar Rp216 juta, untuk ibu hamil dianggarkan sebesar Rp67,5 juta, suplemen dan vitamin dianggarkan sebesar Rp10 juta, dan pengadaan garam beryodium sebesar Rp54 juta.
Selain itu, juga ada tambahan nutrisi enteral sebanyak 7.774 dos (dari APBD Provinsi Jatim) serta 6.750 dos (dari APBN). "Selain itu juga ada bantuan susu hamil sebanyak 1.410 bungkus, biskuit sebanyak 509 karton, dan bubur sebanyak 576 karton," tandasnya.
Penderita gizi buruk ini menyebar di 15 wilayah kecamatan di Kabupaten Madiun. Rata-rata penyebab gizi buruk ini adalah faktor kemiskinan. Kurangnya asupan makanan dan gisi yang memadai, salah urus dan perawatan, sampai ditelantarkan oleh orang tuanya.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Madiun Sudiyo, temuan gizi buruk ini didapatkan dari hasil pemeriksaan secara rutin di posyandu dan puskesmas yang tersebar di wilayah Madiun sepanjang tahun 2007. Bayi yang menderita gizi buruk, kata dia, ciri-cirinya memiliki berat badan dibawah berat badan normal.
"Balita penderita gizi buruk ini berat badannya dibawah 70 persen berat badan ideal. Itu bisa dilihat setelah dicocokkan antara berat badan si bayi dengan umurnya," ujar Sudiyo, di Madiun, Jawa Timur, Rabu (19/3/2008).
Kurangnya asupan gizi, vitamin, dan protein pada bayi dibawah umur 2 tahun, kata dia, akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi serta otaknya. Sebab, jika asupan gizinya kurang maka otaknya tidak akan bisa berkembang dengan baik.
Selain itu, sel dan jaringan otak juga tidak akan berkembang dengan baik. Padahal, jika dalam masa ini pertumbuhan dan perkembangan otaknya tidak baik akan berdampak selamanya pada si bayi. "Kalau sel jaringan otaknya tidak terbentuk maka tidak akan bisa dipulihkan lagi," jelasnya lagi.
Menurut dia, dari 201 balita yang menderita gizi buruk ini pada tahun 2007 lalu sudah ditangani. Balita itu, kata dia, sudah ditangani dengan memberikan asupan makanan dan gizi yang dibutuhkan. Selain itu, juga memberikan makanan tambahan untuk memulihkan kondisi si bayi.
"Sebanyak 90 hari balita penderita gizi buruk ini kita tangani dengan memberikan asupan gizi dan makanan tambahan. Setelah itu kita pantau perkembangan dan pertumbuhannya setiap waktu di Posyandu," ungkapnya.
Menurut Kasubag Humas Pemkab Madiun, Mardiii, program perbaikan gizi buruk pada balita dilakukan oleh pemerintah daerah dibantu oleh pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.
Untuk tahun 2007 lalu, kata dia, untuk pemulihan penderita gizi buruk diberi tambahan makanan dan vitamin untuk balita dianggarkan sebesar Rp216 juta, untuk ibu hamil dianggarkan sebesar Rp67,5 juta, suplemen dan vitamin dianggarkan sebesar Rp10 juta, dan pengadaan garam beryodium sebesar Rp54 juta.
Selain itu, juga ada tambahan nutrisi enteral sebanyak 7.774 dos (dari APBD Provinsi Jatim) serta 6.750 dos (dari APBN). "Selain itu juga ada bantuan susu hamil sebanyak 1.410 bungkus, biskuit sebanyak 509 karton, dan bubur sebanyak 576 karton," tandasnya.
You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total Access, No Cost.