Warga Kampung Ciputih mengangkat peti jenazah Yanti Haryanti (28), tenaga kerja wanita dari Desa Karamat Mulya, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menuju ke pemakaman Cibiin, Jumat (4/4). Jenazah Yanti, akhirnya bisa dipulangkan ke Indonesia setelah setahun berada di Kampung Asmais, Abha-Jeddah, Arab Saudi. Hingga kini keluarga belum mengetahui penyebab pasti kematian Yanti yang dikabarkan bunuh diri pada 10 Maret 2007 silam. SP/Adi Marsiela
Penantian lebih dari satu tahun berakhir sudah. Akhirnya jenazah tenaga kerja wanita asal Kampung Ciputih, Kabupaten Bandung, Yanti Haryanti (28) dapat dipulangkan ke Tanah Air, Kamis (3/4) siang. Meskipun masih mempertanyakan penyebab kematian Yanti, keluarga sudah mengubur jenazah putri pertama pasangan Utoh Tardi (50) dan Nanan Kurniati (49) itu di Pemakaman Cibiin, tak jauh dari rumah duka.
Yanti, warga Kampung Ciputih, RT02/RT05, Desa Karamat Mulya, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung itu sebelumnya diketahui bekerja di Kampung Asmais, Kota Abha, Arab Saudi. "Jaraknya seribu kilometer dari Jeddah," kata Danu Syarifudin (55), salah se- orang anggota keluarga almar-humah yang dituakan, seusai pemakaman.
Suasana haru begitu terasa di sela-sela acara pemakaman. Selain ibu almarhumah, beberapa kerabat dan rekan perempuan tampak menangis sepanjang perjalanan selepas jenazah disalatkan di masjid. Suami Yanti, Deni Saepul Bahri (29), yang mengenakan baju koko dan peci putih, lebih banyak diam. Tatapan matanya kosong. Ketika mendengar kabar istrinya meninggal, Deni tengah bekerja sebagai buruh di Batam.
Di kuburan, Nanan meluapkan kepedihannya dengan menciumi Rizal Ramdhan (8), anak Yanti, saat peti jenazah dibuka sebelum akhirnya dimasukkan ke liang lahat.
Solihin (32), paman Yanti, menuturkan jenazah keponakannya itu diberangkatkan dari Jeddah pada Selasa (1/4) lalu dan tiba di Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, Kamis (3/4) sekitar pukul sebelas siang.
"Setelah diurus (administrasi) baru bisa keluar bandara sore dan tiba di rumah duka jam enam sore," katanya.
Penyebab Kematian
Solihin mengaku hingga kini keluarga belum mengetahuinya secara pasti penyebab kematian Yanti. "Kami hanya menerima hasil visum dan mendengar Yanti meninggal karena bunuh diri," ujarnya.
Solihin sangat berharap kepolisian dapat mengusut kasus kematian Yanti. Meski Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) PT Binhasan Maju Sejahtera yang memberangkatkan Yanti ke Arab Saudi sudah mengantarkan jenazah almarhumah hingga ke rumah duka, keluarga masih menanti hak-hak almarhumah yang sama sekali belum diberikan. "Karena Yanti juga punya keluarga yang menjadi tanggungannya. Soal ke depannya, kami masih belum bisa mengambil keputusan," dia menambahkan.
Keluarga di Kabupaten Bandung, baru mendapatkan kabar mengenai meninggalnya Yanti setelah Departemen Luar Negeri dan PJTKI yang memberangkatkannya, datang ke rumahnya, 15 November 2007. Mereka mengabarkan bahwa Yanti meninggal dunia akibat bunuh diri pada 10 Maret 2007. "Ini ada yang tidak beres. Saya kira Yanti bukan bunuh diri. Bisa saja ia disiksa majikannya," kata Danu.
Yanti, kata Danu, pergi ke Arab untuk menjadi TKW melalui jasa PJTKI PT Binhasan Maju Sejahtera yang berkantor di Jalan Asembaris, Jakarta Selatan. Ia sendiri mengaku tidak mengetahui persis kapan Yanti pergi ke Arab Saudi. Namun, berdasarkan dokumen PT PT Binhasan Maju Sejahtera, Yanti berangkat ke Arab Saudi pada 19 Mei 2006.
"Ia berangkat melalui sponsor bernama Ibu Jumroh dari Serang Banten. Sebelum pergi, Yanti sempat menginap di rumah Ibu Daffa di Serang, yang sudah dianggapnya orangtua sendiri. Keberangkatan Yanti melalui PJTKI tersebut dibiayai Ibu Jumroh, atas jaminan Ibu Daffa," dia menjelaskan.
Yanti berangkat ke Arab Saudi atas izin suaminya. Dia sempat ditampung 18 hari di PT Binhasan Maju Sejahtera sebelum berangkat. Setelah itu, kata Danu, tidak ada lagi komunikasi antara keluarga dan Yanti. "Kami tidak tahu kapan Yanti pergi. Yanti pun tidak memberi kabar baik melalui telepon, atau surat," ujarnya.
Danu baru mengetahui keberadaan Yanti sebagai TKW di Arab Saudi dari teman- temannya yang juga berangkat ke negara itu.
Penantian demi penantian sudah dilalui Danu dan keluarga Yanti di Soreang, Kabupaten Bandung. Akhirnya, kesabaran itu mendapatkan jawaban. "Kami sudah ikhlas. Terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu agar jenazah Yanti bisa kembali dan dikuburkan di sini," ungkap Danu seraya mengelap keringat yang membasahi wajahnya. [SP/Adi Marsiela]
Last modified: 8/4/08