Gizi Buruk Senin, 19 Mei 2008 | 03:00 WIB Mulyawan Karim Tegar Hermawan terlihat gembira bermain bersama kakeknya di lantai beralas tikar karet di salah satu ruangan di Puskesmas Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Jumat (16/5) siang. Meski Agustus mendatang usianya bakal genap 5 tahun, Tegar cuma bisa bermain sambil bergolek.
Tungkainya yang kurus, bak tulang berbalut kulit, tak mampu menyangga tubuh mungilnya. Tegar adalah salah satu dari 453 anak balita gizi buruk yang ada di Depok.
"Saya sedih cucu saya belum bisa berjalan walau umurnya sudah hampir 5 tahun," ungkap Keman Wijaya (47), sang kakek yang kemarin menengok Tegar, cucu pertamanya, yang sedang dirawat di Pusat Pemulihan Gizi atau Therapeutic Feeding Center (TFC) di Puskesmas Cimanggis.
Menurut Kepala Puskesmas Cimanggis drg Sri Suliswati, Tegar masuk dalam kategori anak balita gizi buruk antara lain karena angka perbandingan usia dan berat badannya yang berada di bawah standar minimum anak balita gizi baik. Pada usianya sekarang ini, Tegar yang idealnya sudah memiliki berat badan sekitar 14 kilogram kemarin bobotnya masih 10,5 kilogram saja.
Gizi buruk tak cuma membuat Tegar kurus dan bertungkai bengkok, yang ikut membuatnya tak mampu berdiri tegak. Kurangnya asupan makanan empat sehat lima sempurna juga menghambat perkembangan otaknya. Sementara anak-anak sebayanya umumnya sudah mulai lancar berbicara, Tegar sampai kemarin baru mampu mengucap kata-kata pendek dan terbatas.
"Saya sudah lama tahu cucu saya memang punya kelainan. Akan tetapi, tak ada biaya untuk membawanya ke dokter. Saya sering menangis memikirkan Tegar, tapi tak bisa berbuat apa-apa," keluh Keman. Lelaki 47 tahun itu mengaku hanya buruh serabutan dengan penghasilan yang tak menentu.
Kesedihan membayang pula di wajah Mariana (24), ibunda Tegar, yang sudah dua pekan lebih ikut menginap di Puskesmas Cimanggis, menemani anak semata wayangnya. "Mau bilang apa lagi. Suami saya penghasilannya pas-pasan," kata perempuan warga Kelurahan Harjamukti, Cimanggis, itu. Suhendra, suami Mariana, berkerja sebagai tenaga pembantu harian di sebuah bengkel sepeda motor.
Kemiskinan Tegar merupakan salah seorang dari 10 anak balita gizi buruk yang sedang menjalani perawatan di dua puskesmas di Depok yang memiliki fasilitas TFC, yakni Puskesmas Kecamatan Sukmajaya dan Puskesmas Kecamatan Cimanggis. Di sana, mereka dirawat intensif dan diasup menu makanan formula khusus untuk meningkatkan status gizi mereka. Di samping Tegar, di Puskesmas Cimanggis antara lain juga ada Bintang (12 bulan), yang kondisinya tak kurang memprihatinkan. Menurut Ela Komalasari, tenaga pelaksana gizi TFC Puskesmas Cimanggis, setelah dirawat selama 17 hari, bobot Bintang hanya naik 100 gram.
Sementara itu, di TFC Puskesmas Sukmajaya ada Abdul Aziz, anak balita gizi buruk yang kondisinya termasuk yang paling buruk. Menurut Kepala Puskesmas Sukmajaya dr Linda Patricia, pada usianya yang 18 bulan Abdul Aziz hanya berbobot 8,2 kilogram. Kemiskinan merupakan penyebab utama yang menjadi penyebab anak balita gizi buruk di Depok.
Menurut Ernawati (32), ibu Abdul Aziz, suaminya, Suparjo, adalah tukang jahit keliling yang berpenghasilan Rp 20.000-Rp 30.000 per hari. "Pas-pasan saja untuk hidup. Apalagi kami juga harus membiayai kakak Aziz yang sudah sekolah, yang dititipkan kepada neneknya," kata perempuan warga permukiman padat Kampung Lio, Kecamatan Pancoran Mas, itu. Namun, menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Mien Hartati, gizi buruk yang diderita anak balita di Depok umumnya bukan murni disebabkan kurangnya asupan makanan bergizi. Hal itu juga dipicu oleh penyakit penyerta yang mereka diderita. "Para balita gizi buruk yang kini dirawat umum mengidap TBC. Hal ini kemungkinan akibat kurang sehatnya lingkungan tempat tinggal mereka dan kurangnya kesadaran orangtua pada masalah higiene," katanya.
Menurut Mien, dalam APBD Tahun 2008, Pemerintah Kota Depok menganggarkan dana sebesar Rp 5 miliar untuk berbagai kegiatan penanganan anak balita gizi buruk. Dari jumlah ini, sebanyak Rp 300 juta dialokasikan untuk biaya perawatan cuma-cuma setiap anak balita gizi buruk yang dirawat di Puskesmas Sukmajaya maupun Puskesmas Cimanggis. Setiap anak balita gizi buruk akan dirawat di TFC selama 10 hari sampai dua pekan, atau hingga kondisi mereka meningkat hingga mencapai batas minimum pada standar bayi gizi baik. Biaya yang diperkirakan rata-rata mencapai Rp 1 juta per anak balita inilah yang akan ditanggung Pemerintah Kota Depok. "Meski baru merawat 11 balita gizi buruk, kami memiliki kuota merawat balita gizi buruk sampai 15 orang per bulannya," tutur Mien menjelaskan.
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/05/19/00263215/anak.balita.itu.terlihat.tetap.tegar...
|
02 June 2008
Anak Balita Itu Terlihat Tetap Tegar...
Diunggah oleh The Institute for Ecosoc Rights di Monday, June 02, 2008