Selasa, 05/08/2008 13:10 WIB
Moksa Hutasoit - detikNews

foto: Moksa Hutasoit/detikcomJakarta - Usai menertibkan bangunan liar di sekitar Stasiun Kota, petugas menyisir rel menuju Kampung Bandan. Jika melihat ada bangunan liar yang masih berdiri, petugas pun segera meratakannya dengan tanah.
"Rumah-rumah ini sangat mengganggu perjalanan kereta api. Kereta tidak berani melebihi kecepatan 5 kilometr, karena kiri-kanannya sangat ramai dengan penduduk," ujar Kasubsi Kamtib Daops I PT KA Abdul Latif, di sekitar rel menuju Kampung Bandan, Jakarta, Selasa (5/8/2008).
Latif menjelaskan kebanyakan rumah di pinggir rel ini dikontrakan oleh masyarakat sekitar. Harga per petaknya Rp 100 ribu hingga Rp 250 ribu per bulan. Rumah tersebut umumnya terdiri dari dua ruangan, rata-rata tidak ada kamar mandi, karena warga menggunakan kamar mandi umum.
PT KA juga tidak akan memberikan kompensasi apapun terkait penggusuran ini. "Bagaimana mau kompensasi, harusnya dia yang bayar bukan kita. Berpuluh-puluh tahun mereka mengambil untung dari rumah-rumah ini," jelas Latif.
Pantauan detikcom, jarak antara rumah dengan rel KA kurang dari 1 meter. Rumah-rumah petak yang rata-rata terbuat dari tembok ini, kebanyakan sudah kosong. Warga sudah meninggalkan rumah-rumah mereka sejak PT KA mensosialisasikan pembongkaran ini dua bulan lalu.
(rdf/nwk)
http://www.detiknews.com/read/2008/08/05/131043/983176/10/penggusuran-bangunan-liar-di-stasiun-kota-hingga-kp-bandan
Moksa Hutasoit - detikNews

foto: Moksa Hutasoit/detikcom
Foto Terkait
"Rumah-rumah ini sangat mengganggu perjalanan kereta api. Kereta tidak berani melebihi kecepatan 5 kilometr, karena kiri-kanannya sangat ramai dengan penduduk," ujar Kasubsi Kamtib Daops I PT KA Abdul Latif, di sekitar rel menuju Kampung Bandan, Jakarta, Selasa (5/8/2008).
Latif menjelaskan kebanyakan rumah di pinggir rel ini dikontrakan oleh masyarakat sekitar. Harga per petaknya Rp 100 ribu hingga Rp 250 ribu per bulan. Rumah tersebut umumnya terdiri dari dua ruangan, rata-rata tidak ada kamar mandi, karena warga menggunakan kamar mandi umum.
PT KA juga tidak akan memberikan kompensasi apapun terkait penggusuran ini. "Bagaimana mau kompensasi, harusnya dia yang bayar bukan kita. Berpuluh-puluh tahun mereka mengambil untung dari rumah-rumah ini," jelas Latif.
Pantauan detikcom, jarak antara rumah dengan rel KA kurang dari 1 meter. Rumah-rumah petak yang rata-rata terbuat dari tembok ini, kebanyakan sudah kosong. Warga sudah meninggalkan rumah-rumah mereka sejak PT KA mensosialisasikan pembongkaran ini dua bulan lalu.
(rdf/nwk)
http://www.detiknews.com/read/2008/08/05/131043/983176/10/penggusuran-bangunan-liar-di-stasiun-kota-hingga-kp-bandan