-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

11 August 2008

’Profit center’ penjara di Malaysia

Wawasan, Senin, 11 Agustus 2008

DARI kunjungan Dubes RI untuk Malaysia Da"i Bachtiar, beberapa pejabat KBRI dan rombongan Dharma Wanita ke penjara khusus wanita di Kajang, Selangor, Senin (28/7) muncul kesedihan dan kekaguman. Kesedihannya karena ada 1.100 wanita Indonesia dari 1.504 wanita yang ditahan di penjara, baik karena perbuatan kriminal atau melanggar keimigrasian. Paling banyak memang tahanan imigrasi. Mereka tinggal dan kerja di Malaysia dengan melanggar undang-undang keimigrasian negara jiran ini.

Dari 1.100 wanita asal Indonesia yang ditahan di sana, sebanyak 171 sudah divonis, pengadilan kriminal dan imigrasi, dan 929 lainnya masih tahanan sementara. Di kawasan Kajang, Selangor ada penjara khusus wanita dan penjara laki-laki.

Menurut Da"i, di penjara Kajang terdapat 1.300 WNI dari 1.800 tahanan laki-laki. "Ini baru penjara di Kajang, belum lagi penjara lainnya," kata mantan Kapolri yang sedih melihat kenyataan itu.

Menjadi acara tahunan, dalam memperingati HUT Kemerdekaan Indonesia, para pejabat KBRI Kuala Lumpur mengunjungi penjara-penjara di Malaysia, selain pertandingan olah raga. Menengok warga negaranya yang sedang "tersandung hukum". Namun, Da"i juga mengungkap kekaguman atas potret penjara di Malaysia. Penjara di Malysia boleh dikatakan tidak seperti penjara, lebih tepatnya adalah lembaga pemasyarakatan.

"Ini ironis. Di Indonesia namanya bukan penjara tapi lembaga pemasyarakatan namun realitasnya adalah benar-benar penjara," kata Da"i kepada Kepala Penjara Kajang, Nassif, setelah melihat langsung sarana dan kegiatan penjara itu.

Di Malaysia namanya tetap penjara tapi realitasnya benar-benar lembaga pemasyarakatan. Karena di dalam penjara banyak "bengkel kreativitas " dan para tahanan diberikan begitu banyak peluang kegiatan usaha yang mampu membuat dia mandiri dan berusaha untuk mempertahankan hidup. Begitu masuk kawasan Penjara Wanita Kajang, pengunjung akan melihat masjid besar putih dan cantik. Kemudian di halaman parkir akan dijemput gerai atau toko penjualan kerajinan tangan para tahanan.

Para kepala penjara di Malaysia mengakui bahwa mereka banyak belajar tentang manajemen penjara dari pejabat Ditjen pemasyarakatan Indonesia. Bahkan sebuah penjara paling besar di Kedah, Utara Malaysia, dikonsep dan didesain atas bantuan pejabat Ditjen Pemasyarakatan Departemen Kehakiman RI. Penjara di Sungai Buloh, Selangor, juga tidak tampak seperti penjara. Di pintu masuk, kanan kiri berdiri apartemen pegawai penjara yang bersih dan nyaman. Setelah masuk, baru kelihatan ada penjara di dalam.

Begitu pula dengan penjara untuk ISA ( internal security act ) di Kemunting, Perak. Penjara yang paling ditakuti di Malaysia. Dari luar tidak seperti penjara karena begitu masuk, di kanan kiri jalan memandangi perkebunan kemudian fasilitas sekolah dan bermain anak-anak pegawai penjara. Setelah masuk satu kilometer barulah kelihatan penjaranya.

"Profit center"
Selain memiliki desain penjara yang bagus dan pengelolaan penjara yang manusiawi, pemerintah Malaysia juga mampu menjadikan penjara, lembaga " profit center ". Malaysia menargetkan pendapatan sekitar Rp 30 miliar atau sekitar 10 juta ringgit pada tahun 2008 dari penjualan produk para tahanan di seluruh penjara.

"Pada semester pertama tahun ini, kami sudah mendapatkan 4 juta ringgit (sekitar Rp 12 miliar)," kata pejabat departemen penjara Malaysia Abd Razak ketika menerima kunjungan rombongan KBRI Kuala Lumpur.

Tahun lalu, ungkap Abd Razak, seluruh penjara Malaysia mendapat 6 juta ringgit (sekitar Rp 18 miliar) dari penjualan produk para tahanan. "Seperti di penjara khusus wanita Kajang ini di depan pintu masuk penjara ada gerai penjualan produk tahanan mulai dari kerajinan tangan, baju batik, kue dan roti, salon," katanya.

Bahkan, disediakan juga gerai di internet. "Masyarakat bisa membeli via internet melalui ketik www.prison.com.my dibayar dengan kartu kredit dan bisa diantar ke rumah," kata Abd Razak. Dalam penjara khusus wanita Kajang ada tujuh bengkel yang disediakan bagi pelatihan kejuruan bagi tahanan yakni bengkel salon, SPA, batik, kerajinan tangan, pembuatan kue dan komputer. Hasil karya mereka juga bagus-bagus dan layak jual dengan harga miring karena dikerjakan oleh para tahanan.

"Beberapa mal besar juga selalu memberikan informasi dan mengajak gerai penjara jika mereka ada pameran, " kata pejabat departemen penjara Malaysia itu. Menurut dia, ada tahanan yang keluar dengan penghasilan ribuan ringgit hasil kerajinan tangannya selama di dalam penjara. "Kami catat setiap produk tahanan dan kami berikan ketika dia keluar dari penjara sebagai pendapatan dan bekal hidup nanti," katanya.

Dubes Da"i dan rombongannya sempat mencicipi aneka macam kue buatan para tahanan. Para petugas penjara tidak lupa memberikan brosur yang isinya penawaran katering dari penjara Kajang yang bisa dipesan untuk berbagai macam pesta. "Kalau di penjara laki-laki ada keterampilan tukang kayu dan elektronik, " tambah Abd Razak.

Sebelum pulang, rombongan ibuibu Dharma Wanita KBRI KL memborong produk kerajinan tahanan wanita Kajang. Walau pun tidak ada cap "made in TKW atau TKI", tapi mayoritas pekerjanya memang TKW atau TKI. Tidak heran, manajemen pengelolaan penjara di Kajang mendapatkan ISO 9001. ant-hf