-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

25 August 2008

[Erwin Suratno, 23,] TKI Banyumas Jadi Korban Perampokan di Malaysia

Suara Merdeka, 25 Agustus 2008

BANYUMAS-Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Dusun Pagedongan, Desa Bogangin, Kecamatan Sumpiuh, Rabu (20/8) lalu tewas akibat aksi perampokan di tempatnya bekerja di perkebunan sayur Saling-Saling, Johor, Malaysia.

Jenazah almarhum bernama Emin Suratno (23), Minggu (24/8) sekitar pukul 15.00 tiba di rumah orang tuanya. Kedua orang tuanya, Sodik-Suyatmi tak kuasa menahan tangis. Bahkan ibunya, Suyati yang sejak pagi mengurung di kamar, langsung pingsan saat meihat peti jenazah anak pertamanya itu masuk ke dalam rumah.

Ratusan warga desa sejak siang telah memadati sekeliling rumah duka menunggu kedatangan jenazah korban. Begitu tiba, jenazah korban langsung disalati. Sekitar pukul 16.30, jenazahnya dimakamkan di pemakaman umum setempat.

Jenazah korban diterbangkan dari Malaysia lewat Yogyakarta. Tiba di Bandara Adisucipto sekitar pukul 11.00. Sekitar pukul 11.20, jenazah yang dijemput salah seorang perangkat desa dan anggota Polsek Sumpiuh dibawa dengan ambulans ke Bogangin.

Ikut mengawal dari Malaysia di antaranya adalah Basirun (33) TKI asal Desa Gumelar Lor, Kecamatan Tambak, Banyumas hingga ke rumah duka. Basirun adalah teman kerja Emin yang juga ikut jadi korban perampokan di Johor, Malaysia.

Menurut penuturan Basirun, perampokan itu terjadi pada Rabu (20/8) sekitar pukul 01.00 waktu Malaysia. Saat itu,dia bersama Emin dan kawan-kawan, semuanya ada delapan orang TKI tengah berada di bedeng perkebunan, didatangi perampok.

’’Perampok berjumlah sekitar 20 orang. Mereka masuk bedeng langsung memukuli para TKI. Setelah dipukuli, kami delapan orang tangannya diikat di belakang badan dengan kawat. Satu sama lain digandeng. Mereka mengambil uang para TKI,’’ tuturnya.
Melarikan Diri
Setelah kawanan rampok pergi, kata dia, ada salah seorang teman yang bisa melepaskan diri dari ikatan. Teman yang bisa lepas itu langsung memberitahu kepada TKI lain yang tak ikut jadi korban perampokan supaya memberitahu kepada juragan perkebunan.

’’Hingga pagi tak ada orang yang menolong. Pertolongan datang setelah juragan perkebunan datang. Kami dibawa ke rumah sakit, termasuk Emin. Kalau saya dipukuli bagian punggung dan kaki kanan kiri. Emin lukanya parah. Kepala bagian belakang dipukul. Dia meninggal di rumah sakit pada Rabu siang,’’ ungkap dia.

Setelah tahu Emin meninggak, Basirun langsung memberitahu keluarganya di Bogangin. Kabar meninggalnya Emin disusuli lagi oleh Suhada, TKI di Malaysia asal Bogangin yang kerja di perkebunan bersama Emin.

Menurut Yati, bude dari Emin, kabar duka itu diterima orang tua Emin pada Rabu siang. Kedua oang tuanya langsung syok. ’’Keluarganya tak menyangka, Emin akan mengalami nasib seperti itu. Dia berangkat ke Malaysia pada awal Juli lalu. Jadi belum genap dua bulan kerja di sana,’’ tuturnya.

Yang membuat bapak dan ibunya syok berat karena pada Selasa (19/8) malam, Emin masih menelepon ibunya. Isi pembicaraannya tidak diketahui, karena sejak menerima kabar Emin meninggal, baik bapaknya ataupun ibunya, belum mau bicara banyak.

Kepala Desa Bogangin, Sukana yang berada di rumah duka kemarin mengatakan, kabar meninggalnya Emin itu justru diketahui dari orang lain. Secara formal desa tidak menerima pemberitahuan berita duka itu. Desa baru mendapat kabar dari keluarganya pada Kamis (21/8) setelah kabar TKI meninggal di Malaysia tersiar di tengah masyarakat. (G23-55)