SURABAYA, KAMIS - Dari total 3,1 juta balita di Jawa Timur, sekitar 16,5 persen atau 511.500 jiwa di antaranya menderita gizi kurang. Rendahnya kesadaran orang tua untuk memberikan asupan terbaik kepada anak merupakan penyebab utama.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Iwan M Moeljono, Rabu (22/10) di Surabaya mengatakan, kurangnya asupan makan bergizi pada anak berkaitan erat dengan pola asuh, daya beli, dan penyakit yang diderita anak. "Pemberantasan masalah gizi buruk tidak sekedar berhenti pada pemberian makanan tambahan tetapi juga pembinaan kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi," ujarnya.
Menurut Iwan, pemulihan kesehatan pada anak yang mengalami kekurangan gizi membutuhkan waktu sekitar tiga bulan. Namun demikian, jika orang tua tidak merubah pola asuh, maka setelah tiga bulan anak akan jatuh lagi pada kasus yang sama.
Pendampingan untuk sementara waktu memang bisa diberikan petugas kesehatan. "Tetapi setelah itu orang tualah yang harus melanjutkan," kata Iwan.
Ketua Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Jatim Andriyanto mengatakan, pemulihan gizi buruk melalui pemberian makanan tambahan harus dilakukan secara serentak dengan penyuluhan tentang gizi kepada orang tua. Dengan demikian, kandungan gizi anak bertambah bersamaan dengan pola perilaku pendampingan baru dari orang tua.
Pemberian makanan berkualitas harus dimulai sejak anak berada dalam kandungan karena 80 persen pembentukan otak anak terjadi dalam kandungan. Sementara itu, 20 persen perkembangan berikutnya terjadi saat anak lahir hingga usia dua tahun.
Banyak masyarakat yang belum tahu kalau usia bayi di bawah enam bulan membutuhkan air susu ibu eksklusif. Setelah usia enam bulan hingga dua tahun baru anak dapat diberi makanan tambahan. Pemahaman dasar ini penting karena sangat berpengaruh terhadap masa depan anak, tegas Andriyanto.
Menurut Andriyanto, ketercukupan konsumsi makanan yang berkualitas pada anak sangat mempengaruhi tingkat kecerdasan anak. Anak-anak yang menderita gizi buruk otomatis kecerdasannya rendah dan sulit dipulihkan. Jika dibiarkan, 20 tahun ke depan akan muncul satu rantai generasi yang hilang, ujarnya.
Ibu dan anak
Dalam rangka mengurangi tingkat kekurangan gizi pada anak balita, Persatuan Bangsa-Ban gsa (PBB) melalui World Food Programme Surabaya memberikan bantuan makanan dan fasilitas kesehatan di beberapa daerah di Jawa Timur, yaitu Sampang, Probolinggo, Surabaya, dan Gresik. Pendampingan ini difokuskan pada kesehatan ibu dan anak.
"Kami memberikan bantuan makanan gizi tambahan berupa biskuit Rp 250.000 per tahun untuk ibu-ibu dan anak-anak. Pemberian makanan ini dipusatkan pada beberapa daerah tersebut yang memiliki tingkat gizi buruk tinggi," kata Direktur World Food Programme Indonesia Angela Van Rynbach.
Aloysius Budi Kurniawan
http://www.kompas.com/read/xml/2008/10/23/18432068/511.500.balita.di.jatim.kurang.gizi.