Laporan Wartawan Kompas Haryo Damardono
JAKARTA, KAMIS - Djoko Setijowarno dari pakar transportasi dari Unika Soegijapranata mengatakan, tenggelamnya kapal tongkang yang mengangkut Tenaga Kerja Indonesia di perairan Port Klang, Malaysia, menunjukkan pemerintah tidak memperhatikan TKI.
"Walau untuk memenuhi transportasi mudik di dalam negeri saja Pemerintah telah kewalahan, tetapi jangan lantas melupakan transportasi mudik bagi TKI. Buat tim kecil untuk mengurusi transportasi mudik para TKI. Mereka sumber devisa negara," ujar Djoko, Kamis (2/10) kepada Kompas .
Penambahan kapasitas bagi pemudik dari luar negeri sebenarnya telah dilakukan tetapi terbatas untuk angkutan udara. Kapasitas kursi untuk moda angkutan udara dari luar negeri pada masa lebaran tahun 2008 ini naik sebesar 59,61 persen. Bila pada tahun 2007, disediakan 500.252 kursi, maka tahun 2008 ini tersedia 798.437 kursi.
Penambahan kursi untuk rute yang menghubungkan empat bandar udara internasional di Indonesia, ditujukan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada Tenaga Kerja Indonesia. Kami ingin memfasilitasi TKI agar mudik lebih mudah," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Nyoman Suhanda.
Djoko pun meradang. "Tidak semua TKI mampu membeli tiket pesawat. Lebih besar jumlah TKI yang mudik melalui pintu-pintu perbatasan di darat, maupun menyusup lewat beberapa selat," ujar Djoko.
Empat bandara internasional yang mengalami penambahan frekuensi penerbangan dan rute, adalah Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta), Bandara Polonia (Medan), Bandara Ngurah Rai (Denpasar), dan Bandara Juanda (Surabaya). Sedangkan kota asal di luar negeri, yang diprediksi mengalami lonjakan penumpang adalah, Singapura, Kuala Lumpur, Hong Kong, dan Penang.
Untung saja, tidak semua TKI pulang melalui Terminal TKI di Bandara Soekarno-Hatta. Masih banyak pemerasan di terminal itu, kata Djoko.
Haryo Damardono
http://www.kompas.com/read/xml/2008/10/02/16583039/angkutan.mudik.tki.tidak.diperhatikan..