-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

13 October 2008

Kasus Gizi Buruk Jadi Perhatian Pemkot Depok

Minggu, 12 Oktober 2008 | 15:56 WIB

DEPOK, MINGGU - Menyusul tewasnya Wahyu Saputra akibat gizi buruk, Pemerintah Kota (Pemkot) Depok memfokuskan penanganan masalah kualitas gizi anak-anak dan berupaya agar kejadian itu jangan sampai terulang lagi.

Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail di Depok, Minggu (12/10), mengimbau kepada para ibu untuk memaksimalkan fasilitas kesehatan yang ada, seperti RW siaga, puskesmas, ataupun posyandu. Seharusnya, kata dia, semua fasilitas itu dijadikan sarana mengatasi masalah kesehatan yang ada.

Wali kota secara pribadi turut merasa prihatin dengan adanya kejadian tersebut dan menilai penanganan gizi buruk belum tertangani dengan sistematik. Ia juga mengimbau agar pihak keluarga tidak membiarkan saja jika terjadi kasus serupa.

"Seharusnya, orangtua juga lebih proaktif memeriksakan kesehatan anaknya," katanya.

Nur Mahmudi meyakinkan kepada warga bahwa pihak pemerintah kota melalui dinas kesehatan setempat siap memberikan pelayanan. Kasus tewasnya bocah penderita gizi buruk tersebut bukan sengaja menelantarkan warganya. 

"Para orangtua harus proaktif untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan di puskesmas dan meminta solusi penyelesaiannya," ujarnya.

Sebelumnya, diberitakan, Wahyu (6), bocah warga RT 02 RW 06 Kelurahan Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, meninggal dunia akibat kekurangan gizi. Ketika meninggal, Wahyu hanya memiliki berat badan 10 kilogram.

Menurut Camat Pancoran Mas Ajat Sudrajat, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk menurunkan angka gizi buruk di wilayahnya, yaitu dengan memberikan penyuluhan, pemberdayaan keluarga, pemantauan pemberian makanan tambahan, seperti bubur kacang hijau, pemulihan dan rujukan.

"Untuk itu diperlukan alternatif lain, yaitu dengan pendekatan perilaku kepada masyarakat dan dukungan dari masyarakat sendiri," katanya.

Untuk penanganan gizi buruk di Pancoran Mas, setidaknya terdapat 14 pos gizi untuk membantu pemantauan asupan gizi, tetapi ternyata masih terdapat balita yang terkena gizi buruk. Pemkot Depok saat ini juga tengah mempersiapkan Puskesmas Pancoran Mas (Panmas), Kota Depok, untuk menangani bayi di bawah usia lima tahun (balita) penderita gizi buruk untuk mendapatkan perawatan rawat inap.

"Kami sedang mempersiapkan Puskemas tersebut untuk dapat menangani pasien penderita gizi buruk dengan rawat inap," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Mien Hartati. Menurut dia, dana yang dibutuhkan untuk membangun fasilitas rawat inap balita penderita gizi buruk tersebut sekitar Rp300 juta.

Selain untuk rawat inap penderita gizi buruk, puskemas tersebut juga dipersiapkan untuk menampung pasien penyakit lainnya. Ia mengatakan, Pancoran Mas merupakan puskesmas ketiga yang akan mempunyai fasilitas rawat inap bagi para pasiennya setelah sebelumnya dibuka di Puskesmas Sukmajaya dan Puskesmas Cimanggis.

Dinas Kesehatan Kota Depok mencatat jumlah balita penderita gizi buruk hingga bulan Juli 2008 di daerah ini mencapai 441 orang. "Penyebab utama gizi buruk adalah lemahnya ekonomi keluarga dan kurangnya pengetahuan orangtua dalam memberikan asupan gizi kepada anaknya," jelasnya.

Menurut dia, banyak warga Depok yang masih hidup di bawah garis kemiskinan sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan gizi anaknya. "Rata-rata mereka yang bergizi buruk tinggal di permukiman padat penduduk dan cenderung kumuh," katanya.

http://www.kompas.com/read/xml/2008/10/12/15562611/kasus.gizi.buruk.jadi.perhatian.pemkot.depok