Kamis, 17 Juni 2004
Sao Paulo, Selasa - Setiap hari 25.000 orang meninggal karena kemiskinan dan kelaparan. Setiap lima detik ada seorang bayi yang meninggal. Itulah buah dari kegagalan dunia memerangi kemiskinan. Demikian Sekjen PBB Kofi Annan pada pertemuan G77 yang diselenggarakan oleh UN Conference on Development and Trade (UNCTAD), Selasa (15/6), waktu Sao Paulo, Brasil.
Orang kepercayaan Annan mengatakan, warga kelas bawah dunia yang frustrasi bisa jadi akan memilih menjadi teroris sebagai pelarian terbaik. Annan mengatakan, negara-negara kaya telah gagal menggalang pendanaan untuk membasmi kemiskinan.
Kegagalan menjangkau pendidikan, kesehatan, dan target-target antikelaparan pada tahun 2015 akan membawa generasi berikutnya di negara berkembang ke kehidupan yang malang. "Kita memerlukan tindakan, keadaan sangat mendesak untuk mengatasi derita manusia yang meluas," kata Annan.
Menurut informasi dari ActionAid, ada 25.000 orang yang meninggal setiap hari karena kemiskinan. Perbaikan sistem perdagangan internasional semata sudah tidak lagi bisa mengatasi persoalan itu.
Dua tahun lalu Annan meluncurkan program bertema Millennium Development Goals (MDG) untuk memberantas kemiskinan. Program MDG itu membutuhkan biaya 50 miliar dollar AS per tahun untuk bisa sukses.
"Dengan jumlah biaya yang ada sekarang, kita tidak akan bisa mencapai target MDG hingga tahun 2165," kata Mike O’Brien, Menteri Negara Inggris untuk Perdagangan dan Investasi.
"Angka itu sangat kecil dibandingkan dengan miliaran dollar AS yang dibelanjakan untuk perang yang tidak perlu atau untuk perdagangan senjata," kata Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, yang mengulangi lagi seruannya soal perang global menghadapi kelaparan.
Koordinator kampanye MDG Eveline Herfkens mengatakan, pengumpulan dana untuk program MDG adalah demi kepentingan Barat juga. Namun, hanya lima negara Eropa yang telah merealisasikannya. "Jika Anda membiarkan sebagian warga dunia hidup sengsara, dan tidak memberikan harapan dan kesempatan, pilihan terbaik mereka adalah bergabung dengan terorisme," kata Herfkens.
Annan mengatakan bantuan untuk mengatasi kemiskinan itu bukan lagi sekadar belas kasihan. Negara-negara kaya harus memikirkan usulan negara-negara miskin soal pendanaan program itu. "Dana itu adalah untuk investasi penting guna menciptakan keamanan dan kemakmuran dunia di masa depan," kata Annan di hadapan delegasi UNCTAD.
Inggris, Perancis, dan Brasil adalah di antara negara-negara yang sudah membuat proposal tentang bagaimana mengalokasikan 0,7 persen produksi domestik bruto (PDB) untuk membantu negara berkembang.
Usulan Inggris-yang didukung banyak negara berkembang-adalah penerbitan obligasi untuk pembiayaan. Lula mengusulkan pemajakan atas perdagangan senjata dan transaksi keuangan internasional untuk menghasilkan dana.
AS tak setuju dengan pengalihan 0,7 persen dana PDB, tetapi mengandalkan pertumbuhan ekonomi. "Anda tidak bisa membuang dana begitu saja," kata Wakil Asisten Menlu AS Terry Miller. "Berapa banyak dana itu akan tepat sasaran atau berakhir di bank Swiss, AS, atau tempat lain?" kata Miller. (AP/AFP/MON)