14/03/2005 16:21 WIB
Kupang - Masalah rawan pangan dan kekeringan yang berdampak pada ancaman kelaparan di Nusa Tenggara Timur (NTT) semakin serius. Sebagian warga di beberapa kabupaten yang tengah dilanda kekeringan mulai kesulitan mendapatkan stok makanan karena cadangan makanan musim panen sebelumnya mulai menipis. Sedangkan produksi dan hasil panen tahun ini menurun tajam karena kurangnya curah hujan.
Beberapa warga yang berhasil dihubungi mengaku mengkonsumsi makanan seadanya seperti jagung, kacang-kacangan maupun umbi-umbian yang diawetkan musim panen tahun 2004. Adapula yang mulai mempersiapkan diri untuk menkonsumsi biji arbila (sejenis kacang hutan) yang tumbuh liar di hutan atau mengolah batang pohon gewang menjadi tepung guna dijadikan bahan makanan.
"Kebun jagung kami tidak ada hasil. Sudah tiga kali kami tanam, tetapi tidak ada hasil. Sawah tadah hujan yang selama ini menjadi salah satu sandaran hidup keluarga tidak dapat dikelola karena kekeringan yang berkepanjangan," kata Siprianus Taebenu, warga Desa Tunbaun, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, Senin (14/3/2005).
Kondisi yang sama dialami warga di pedalaman Kabupaten Timor Tengah Selatan maupun Kabupaten Sumba Barat dan Rote Ndao. Beberapa warga yang berhasil dikonfirmasi mengaku tidak berdaya menghadapi kekeringan yang terjadi. "Hasil panen tahun ini yang terjelek. Setengah dari jagung di ladang tidak berproduksi karena mati. Padahal tahun-tahun sebelumnya, lumbung dan gudang kami dipenuhi padi dan jagung," kata Maksi Taneo, warga Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Sementara itu, Wakil Gubernur NTT Frans Leburaya dalam keterangannya kepada wartawan di Kupang, Senin (14/3/2005) mengatakan, sesuai laporan yang diperoleh, baru 10 dari 18 kabupaten dan NTT yang terancam kekeringan dan gagal panen tetapi belum mengarah kepada rawan pangan. Hal ini berbeda dengan fakta yang terjadi, di mana sudah terdapat 12 kabupaten yang mulai mengalami kekeringan, gagal panen dan terancam kelaparan hebat.
Kepala Dinas Sosial NTT Welhelmus Padja, dalam rapat dengan Panitia Anggaran DPRD NTT, menyebutkan, pihaknya telah mempersiapkan 50 ton beras untuk didistribusikan kepada daerah-daerah yang mengalami rawan pangan. "Untuk sementara, setiap kabupaten mendapat alokasi 2 ton beras dan akan ditambah jika situasi semakin kritis," kata Wellem Padja.
Sedangkan untuk mengatasi krisis air bersih, Dinas Kimpraswil NTT berencana untuk melakukan eksplorasi air bawah tanah dan mengurangi jatah air bagi pengairan dari bendungan maupun embung yang ada di NTT bagi kepentingan pertanian. "Khusus Kota Kupang yang kemungkinan mengalami krisis air bersih, pemerintah akan menyuplai dari bendungan Tilong sebanyak 3-4 juta ton. Sisanya untuk pengairan lokasi pertanian dan sawah milik masyarakat," kata Piet Djami Rebo, Kepala Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah NTT.
Ke-12 kabupaten yang akan terancam mengalami kelaparan akibat rawan pangan dan kekeringan yakni Kabupaten Rote Ndao, Timor Tengah Utara, Alor, Sikka, Ngada, Flores Timur, Sumba Timur, Sumba Barat, Timor Tengah Selatan, Lembata, Belu dan Kabupaten Kupang. (asy)
Emmy F - detikcom