1 Maret 2005
INDRAMAYU, (PR).- Tragedi TKW (tenaga kerja wanita) yang bekerja di luar negeri kembali terjadi dan kali ini menimpa Nurniti (35), TKW asal Desa Kendayakan, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu. Ia dikabarkan tewas dengan cara digantung oleh majikan yang sering menganiayanya di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Pemicunya sangat sepele, ia dianggap teledor mencuci celana majikan yang ada uangnya hingga uang tersebut ikut basah.
KELUARGA TKW korban penganiayaan majikan dari kiri ke kanan, Sukinih (50/ibu), Kartaman (38/suami), Rositi (9/anak), dan Rahup (60/ayah) di Ds. Kendayakan, Kec. Terisi Kab. Indramayu, Senin (28/2).*MARSIS SANTOSO/"PR"
Kepastian tentang tewasnya Nurniti disampaikan Kartaman (38), suami korban kepada "PR", Senin (28/2) di rumahnya di RT 08 RW 02 Desa Kendayakan. Kabar kematian tragis istrinya itu, kata Kartaman, diperoleh dari teman istrinya sesama TKW di Abu Dhabi. Selain itu, ia juga telah mengkonfirmasi ke PT Grahana Manunggal, perusahaan Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) yang memberangkatkan Nurniti ke luar negeri.
Menurut Kartaman, kabar duka menyangkut nasib istrinya itu berawal dari adanya telefon dari Abu Dhabi, dua pekan lalu. Melalui nomor telefon milik tetangganya, Mang Watno, pertama telefon datang dari Lilis, warga Sukabumi yang mengaku bekerja di Abu Dhabi dan mengenal Nurniti. Lilis mengabarkan bahwa Nurniti menghadapi masalah dengan majikannya. "Kata wanita itu melalui telefon, oleh majikannya istri saya dianggap bersalah karena mencuci celana milik majikan yang ada uangnya hingga uangnya basah. Bahkan katanya istri saya dituduh mencuri," kata Kartaman.
Saat itu telefon dari Lilis langsung terputus hingga Kartaman tidak dapat mengetahui lebih banyak tentang masalah yang dihadapi istrinya. Kartaman pun tidak bisa berbuat banyak meskipun dirinya merasa sangat gundah oleh adanya kabar tersebut, Apalagi biaya telefon ke luar negeri sangat tinggi di samping tidak tahu ke mana harus menghubungi.
Namun masih di hari yang sama, beberapa jam kemudian ia kembali diberitahu adanya telefon dari Abu Dhabi, maka kembali Kartaman ke rumah Mang Watno untuk menerima telefon tersebut. Hanya kali ini bukan Lilis yang menelefon tetapi wanita yang juga bekerja di Abu Dhabi asal Karangampel-Indramayu. Wanita yang menolak menyebutkan namanya tersebut, melalui telefon mengabarkan pada Kartaman bahwa Nurniti istrinya akan dipindahkan oleh agen.
Merasa tidak tahu dengan maksud dipindahkan seperti yang disampaikan wanita itu, Kartaman pun mendesak. Ia mempertanyakan ke mana istrinya dipindahkan. Tetapi jawaban yang disampaikan TKW asal Karangampel itu lebih mengagetkannya. Sebab ternyata, Nurniti bukan pindah kerja ke majikan lain seperti yang diperkirakannya. Namun yang dimaksudkan sang penelefon adalah memindahkan jenazahnya ke rumah sakit sebab Nurniti telah tewas.
Langsung pingsan
Menerima kabar tersebut, karuan saja Kartaman menjadi shock. Bahkan saat itu ia langsung pingsan di rumah Mang Watno, tempat ia menerima telefon. Baru keesokan harinya, ia langsung berangkat ke kantor PJTKI PT Grahana Manunggal di kawasan Kampung Rambutan, Jakarta Timur untuk memastikan kabar tentang nasib istrinya. Ia berangkat bersama Sobirin, warga Kecamatan Cikedung-Indramayu, sponsor yang memberangkatkan istrinya melalui PT Grahana Manunggal.
Pihak PT Grahana Manunggal di Jakarta, membenarkan kabar tersebut. Namun yang membuat Kartaman tidak habis pikir, pihak PJTKI itu mengatakan bahwa istrinya meninggal karena gantung diri. Sedangkan menyangkut jenazahnya, pihak perusahaan menyatakan akan mengusahakan agar bisa dibawa pulang untuk dimakamkan di kampungnya.
Kartaman mengaku ada yang tidak beres dengan pernyataan pihak perusahaan PJTKI yang menyatakan istrinya meninggal karena gantung diri. "Saya sangat tidak percaya kalau istri saya meninggal karena gantung diri. Kalau tidak digantung, pasti dia dianiaya sampai meninggal dan untuk menghilangkan jejak mayatnya sengaja digantung agar seolah-olah bunuh diri," tandas Kartaman didampingi Ulis, aparat Desa Kendayakan dan sejumlah tetangganya.
Alasannya, menurut Kartaman, sejak bekerja di Abu Dhabi lima bulan lalu istrinya berkali-kali menelefon dan mengeluhkan soal perlakuan buruk majikannya yang menurut pihak PT Grahana Manunggal bernama Rubayat Abdullah Shohal dan tinggal di Al Ain-Abu Dhabi. Setiap menelefon, ia selalu menangis karena sering dianiaya dan diancam dengan pentungan besi oleh majikannya. Bahkan Nurniti mengaku sering menyelinap ke dalam WC untuk menghindari kekejaman sang majikan.
Terakhir, ujarnya lebih jauh, telefon dari sang istri diterimanya persis satu hari sebelum Lilis dan TKW lain asal Karangampel mengabarkan bahwa Nurniti telah tiada. "Saat itu sambil menangis istri saya meminta agar saya ke Jakarta ke PJTKI yang memberangkatkannya. Ia meminta saya memberitahu pihak PJTKI untuk segera mengontak ke agennya di Abu Dhabi agar dirinya tidak dianiaya terus-menerus," kata Kartaman yang kesehariannya bekerja sebagai penarik becak itu menambahkan.
Ternyata, sehari setelah menerima telefon terakhir dari sang istri tersebut, Kartaman harus menghadapi kenyataan bahwa istrinya telah meninggal. Bahkan yang lebih tragis, dikabarkan Nurniti tewas akibat gantung diri. Meski ia yakin, sang istri tewas akibat dianiaya sang majikan terkait tuduhan mencuri uang setelah mencuci celana yang ada uangnya sebagaimana yang diceritakan Nurniti melalui telefon terakhirnya. Sehingga, kabar istrinya tewas gantung diri lebih merupakan hasil rekayasa majikan yang telah menganiayanya sampai tewas untuk menghilangkan jejak.
Baik Kartaman maupun mertuanya Rahup dan istrinya Sukini (ayah dan ibunya Nurniti) menyatakan, selama lima bulan bekerja di Abu Dhabi, korban belum pernah sekali pun mengirimkan uang. Sebab setiap kali meminta bayaran, seperti yang sering diceritakan Nurniti lewat telefon sang majikan selalu marah-marah, menganiaya dan mengancamnya. Parahnya, sang majikan juga menolak memulangkan atau mengembalikan Nurniti ke agen hingga akhirnya ia menjadi korban.
Malangnya, hingga Senin (28/2) atau sekira dua minggu setelah kejadian, pihak PT Grahana Manunggal seolah tidak bertanggung jawab atas peristiwa yang menimpa TKW asal Indramayu tersebut. Mereka tidak dapat memberi kepastian bisa tidaknya Nurniti dipulangkan ke kampung halamannya di Indramayu. Karenanya keluarga korban berharap adanya uluran tangan dari pemerintah untuk membantu proses pemulangan jenazah Nurniti dan sekaligus pengusutan kasusnya hingga jelas yang menjadi penyebab tewasnya TKW malang itu.(A-96)***