Selasa, 11 Juli 2006 | 17:58 WIB
Jakarta: Sepanjang 2005 terjadi lebih dari 300 kasus kematian pekerja migran Indonesia di Malaysia, Hongkong, Singapura dan Saudi Arabia. "Data ini berasal dari perwakilan RI di luar negeri," kata Mochamad S Hidayat, Direktur Multilateral Departemen Luar Negeri.
Menurut Hidayat, salah satu penyebab angka kematian yang cukup besar itu adalah posisi pekerja Indonesia yang bertumpu pada pekerjaan dengan karakter 3D. "Pekerja migran kita bekerja dalam lingkup yang dirty, dangerous dan difficult sehingga seringkali mengalami pelanggaran HAM yang berakibat pada kasus kematian," kata Hidayat dalam Seminar Memperkuat Sinergi Antar Pemangku Kepentingan Perlindungan HAM Pekerja Migran Perempuan Indonesia di Hotel Sari Pan Pasifik Jakarta, hari ini.
Berdasarkan pengalamannya saat bertugas di KBRI Siangapura, Hidayat mengatakan kematian itu paling banyak menimpa pekerja migran perempuan. "Para tenaga kerja perempuanlah yang paling banyak mengalami kematian," ujarnya.
Kematian para TKW itu disebabkan kecelakaan kerja dan bunuh diri. "Walau di samping itu ada juga penyebab lain seperti tekanan psikis dan fisik serta penyakit," kata Hidayat.
Ferry Adamhar, Direktur Perlindungan WNI dan BHI Depertemen Luar Negeri, menyatakan bahwa dari 300 kematian itu sebagian besar bukan karena pekerjaan.
Titis Setianingtyas