-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

11 July 2007

Kejahatan di Ibu kota: Mengurangi Kemiskinan dan Identitas Tunggal

Kompas
Rabu, 11 Juli 2007

Windoro Adi

Kemiskinan dan kejahatan seperti dua sisi mata uang. Semakin tinggi angka kemiskinan di suatu daerah, kian tinggi tingkat kejahatannya. "Jika mau menekan tingkat kejahatan di jalanan, ya tingkatkan lapangan kerja bagi kalangan akar rumput," tutur Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Komisaris Besar Carlo Brix Tewu.

Langkah berikutnya untuk menekan tingkat kejahatan, lanjut Carlo yang ditemui di ruang kerjanya, Selasa (10/7), adalah dengan menerapkan sistem identitas tunggal (single identity).

Sumber kedua yang membuat polisi lebih sulit menanggulangi dan mencegah kejahatan adalah ketiadaan sistem dan pengamanan identitas tunggal bagi warga, seperti diterapkan di banyak negara. Menurut Carlo, dengan penerapan sistem ini, penanganan kejahatan bisa lebih mudah dan cepat dilakukan.

"Beberapa kali polisi sulit menentukan identitas tersangka karena dia memiliki identitas ganda. Apakah itu menyangkut kartu tanda penduduk (KTP), paspor, bahkan sampai ke akta kelahiran. Semuanya bisa dibuat ganda," ujar Carlo.

Jika ini bisa dibenahi, langkah berikutnya adalah membangun sistem satu kartu identitas untuk segala kebutuhan lewat sebuah sistem komputerisasi on line. Ironisnya, saat ini di tengah kian tingginya jumlah pengangguran dan tiadanya sistem identitas tunggal, polisi masih dihadapkan pada persoalan minimnya biaya operasional. Polisi, kata Carlo, perlu bantuan fasilitas dari pemerintah setempat.

Bantuan yang bisa diberikan, antara lain, kendaraan operasional berikut jaminan bahan bakar dan pemeliharaannya, penyambungan sistem closed circuit television (CCTV) ke polisi, serta fasilitas komunikasi lainnya dan pendirian pos polisi.

"Oleh karena sifatnya nasional, anggaran Polda sangat terbatas, cuma miliaran rupiah. APBD DKI Jakarta bisa mencapai triliunan rupiah. Saya yakin Pemerintah Provinsi DKI bisa melakukan langkah itu," ucapnya.

Pencurian kendaraan

Menurut Carlo, kejahatan yang terbanyak kasusnya di Jakarta adalah pencurian kendaraan bermotor, diikuti pencurian dengan kekerasan dan pencurian dengan pemberatan. "Pencurian kendaraan bermotor paling banyak dilakukan karena peminat hasil curiannya banyak. Uang yang diperoleh pun besar," ungkapnya.

Untuk menekan kasus pencurian kendaraan bermotor, imbuh Kepala Satuan VI Ranmor Ajun Komisaris Besar Nico Afinta, Polda Metro secara bertahap memakai global positioning system (GPS). Dengan GPS, polisi bisa memonitor setiap mobil yang dicuri atau yang digunakan untuk melakukan kejahatan. "Bentuknya chip dan bisa dipasang di bagian mobil mana pun," katanya.

Nantinya, pemasangan GPS itu wajib. GPS dihubungkan dengan sistem kontrol di Satuan Ranmor dan di Traffic Management System (TMC) Polda Metro. "Kami sudah membahas ini dengan pengusaha otomotif," tutur Nico. Dengan penerapan sistem ini, kesulitan polisi tinggal soal memonitor mobil yang tidak berpelat B (Jakarta).

Selain itu, sejak Januari lalu, Satuan V Ranmor Polda Metro dengan polres di lingkungan Polda Metro berkoordinasi dan bekerja sama. Hasilnya nyata. "Puluhan mobil curian kami sita. Kelompok pencurinya kami tangkap. Terakhir, penangkapan pencuri dan penyitaan 20 mobil curian di Lombok," ujar Carlo.

Kepala Satuan III Kejahatan dengan Kekerasan Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Fadhil Imran yang dihubungi terpisah menambahkan, dalam tiga tahun terakhir ini, tahun 2006 menjadi tahun terbanyak kasus kejahatan. Jumlah total seluruh kasus, yang terdiri dari lima kategori itu, mencapai 13.260 kasus. Tahun 2005 hanya terjadi 11.271 kasus. Sedangkan dari bulan Januari hingga Mei 2007, terjadi 5.650 kasus.

Khusus pencurian dengan pemberatan, tahun 2006 terjadi 8.052 kasus, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, 6.382 kasus. Januari sampai Mei 2007, terdapat 3.502 kasus.

Kasus pembunuhan di Polda Metro Jaya tahun 2006 juga paling tinggi, mencapai 107 kasus. Tahun 2005 hanya 95 kasus, sedang bulan Januari sampai Mei 2007 ada 33 kasus.

Jakarta Barat adalah wilayah dengan kasus pencurian dengan pemberatan tertinggi, yakni 511 kasus dan 179 kasus pencurian dengan kekerasan. Peringkat berikutnya adalah Jakarta Selatan dan Jakarta Utara untuk kasus pencurian dengan kekerasan maupun dengan pemberatan. "Yang memprihatinkan, sejak awal tahun ini, pelaku berani melawan polisi dengan senjata api rakitan. Dua polisi meninggal dunia," ungkap Fadhil.