Selasa, 03 Juli 2007
Kesejahteraan
Kupang - Sekitar 30.000 hektar lahan perkebunan kakao di 18 kabupaten di Nusa Tenggara Timur sejak Mei lalu terserang hama hellopertis dan hama penggerek buah kakao. Akibatnya, petani gagal panen dan terancam kelaparan. Total areal kakao di NTT sampai Juni 2007 tercatat sekitar 45.000 hektar.
Kepala Subdinas Perlindungan Dinas Perkebunan Nusa Tenggara Timur (NTT) Paulus Badjo di Kupang, Senin (2/7), mengatakan, serangan hama kakao itu terjadi di hampir seluruh kabupaten. Hama hellopertis dan penggerek buah kakao (PBK) menyerang buah dan pohon kakao.
"Sampai saat ini hama itu masih menggeranyangi buah, bunga, daun, dan batang kakao. Biji buah kakao menjadi busuk, mengeras, hitam kekuningan, dan tidak dapat dipanen," kata Badjo.
Hama PBK mengisap cairan yang ada di bunga, batang, dan tunas muda. Berbeda dengan hama hellopertis. Hama ini biasanya meletakkan telur di buah kakao kemudian telur tersebut menetas menjadi larva yang menggerek buah kakao dan tinggal di dalam buah, kemudian keluar melalui lubang yang berbeda.
Kondisi yang paling memprihatinkan terlihat di Kabupaten Sikka (20.000 hektar/ha), Timor Tengah Utara (5.000 ha), Ngada (3.800 ha), Manggarai (2.500 ha), dan Belu (2.200 ha).
Belakangan ini di Sikka dan Timor Tengah Utara bahkan sudah muncul kasus rawan pangan akibat petani gagal panen kakao. Menurut Badjo, hal ini merupakan sesuatu yang baru. "Biasanya kasus rawan pangan hanya muncul di daerah yang warganya mengandalkan tanaman padi, jagung, umbi-umbian, dan kacang- kacangan. Daerah yang perkebunan kakao, kopi, cengkeh, kelapa, vanili, dan kemirinya potensial pada umumnya jarang terancam kasus rawan pangan atau busung lapar," ujarnya. (KOR)