Selasa, 12 Feb 2008
Derita Para Korban Banjir Bandang di Bondowoso
Banjir bandang yang menerjang 13 kecamatan di Bondowoso, menyisakan
cerita pilu bagi para korban. Selain kehilangan harta benda, mereka
harus hidup dari belas kasihan para dermawan. Kini, warga yang tinggal
di bawah bendungan Sampean Baru terus dihantui banjir susulan
NARTO, Bondowoso
SISA-SISA kotoran banjir masih tampak di setiap rumah warga Desa
Cangkring, Kecamatan Prajekan. Di tembok rumah mereka masih tampak
jelas garis hitam tanda batas ketingian banjir Jumat malam pekan lalu.
Selain itu, banyak sampah juga masih berserakan di pinggir jalan.
B Sep, salah seorang warga yang tinggal di Dusun Krajan I masih saja
membersihkan parabot rumah tangganya. Meski sudah dua hari berlalu,
perabot rumah tangganya belum bersih benar dari lumpur bawaan banjir.
Selain itu, dia juga menunggu air sumurnya kembali bersih.
"Sudah dua hari ini tidak bisa masak," kata B Sep. Akibatnya, dia
bersama anggota keluarganya hanya mengandalkan bantuan makanan dari
dermawan atau dari pemkab. Jika tidak ada bantuan makan, terpaksa
makan mi instant mentah yang dia terima dari dermawan.
Dia menceritakan, banjir badang yang menimpa desanya jauh lebih besar
dibandingkan 2002. Saat itu, ketinggian air masih di bawah satu meter.
Sehingga kerusakan yang ditimbulkan tidak separah kemarin. "Begitu ada
pengeras suara mendering saya langsung lari," katanya.
Selama di pegungsian, dia hanya berharap-harap cemas agar tidak tejadi
banjir bandang seperti 2002. Namun, harapan itu sirna ketika pagi
harinya dia bersama keluarga kembali ke rumahnya. Rumah peninggalan
orang tuanya penuh dengan lumpuh dan kotoran. "Begitu sampai di rumah
saya langsung menangis," ujarnya.
Kades Cangkring, Kecamatan Prajekan Sudarto, mengaku panik ketika
mendengar peringatan banjir dari Dam Sampean Baru. Begitu ada
peringatan, dia langsung berlari ke arah masjid yang memiliki pengeras
suara. Lantas, memerintahkan warganya mengungsi ke tempat yang lebih
tinggi.
Meski banjir bandang berlalu, Sudarto mengaku tidak bisa tidur
memikirkan warganya. Sebab, tangkis blok Bungin yang berada di atas
Desa Cangkring masih terlalu rendah. Jika sewaktu-waktu ada hujan
deras lagi, dia khawatir air kembali meluber di wilayahnya.
Bahkan, Minggu malam, Sudarto harus menenangkan warganya. Sebab, air
kembali besar di Sungai Sampean Baru. Apalagi saat itu hujan cukup
lebat disertai petir yang terus menyambar. Untung saja, hujan lebat
tidak terlalu lama seperti yang terjadi Jumat malam.
Di tengah-tengah derita warganya, dia berharap masyarakat tambah
menghadapi banjir bandang tersebut. Kini, bersama relawan lain yang
membuka posko di Cangking, Sudarto terus memotivasi warga yang trauma.
Tak hanya warga, banjir bandang itu juga membuat ribuan siswa di SD
Cangring I dan II tidak bisa menggunakan fasilitas sekolahnya. Sebab,
sarana prasana sekolahnya rusak parah akibat banjir. Sejak Jumat pekan
lalu, siswa tidak bisa mengikuti kegiatan belajar-mengajar (KBM).
"Saya diberi tahu lewat pengeras suara sekolah libur dulu," kata Yoga,
siswa kelas III SD Cangkring I yang berhasil ditemui Erje. Sejak ada
pengeras itu, dia tidak tahu kapan masuk sekolah lagi. Namun, dia
berharap bisa segera kembali menggunakan ruang kelas yang digunakan
belajar selama ini.
Sahrul, siswa kelas V mengaku rindu akan kegiatan belajar di
sekolahnya. Sejak banjir bandang dia tidak lagi bisa belajar bersama
teman-temannya. "Saya ingin segera masuk sekolah," imbuhnya. Karena
kagennya ingin sekolah, pagi kemarin Sahrul dan Yoga blusukan ke
kelasnya masing-masing.
Rusminah, kepala sekolah (Kasek) SD Cangkring I dan II mengaku masih
kesulitan menggelar KBM. Rusminah berencana menggelar KBM di musala
yang bisa digunakan. "Karena ruang kelas belum bisa dipakai kami akan
menggelar KBM di musala terdekat," kata Rusminah kepada wartawan.
Menurut dia, KBM sangat mendesak untuk dilakukan agar tidak
ketinggalan dengan siswa lainnya. Kini, dia masih menunggu instruksi
dari Dinas Pendidikan (Dispendik) Bondowoso. (*)