Kebakaran Iringi Penggusuran
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA / Kompas Images
Pemilik toko keramik menyelamatkan barang dagangan, sementara warga lainnya berusaha memadamkan kobaran api yang membakar pertokoan di Kelurahan Rawasari, Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Minggu (10/2). Kebakaran tersebut terjadi pascabentrokan warga dan aparat Tramtib DKI Jakarta.
Senin, 11 Februari 2008 | 03:12 WIB
Jakarta, Kompas - Kebakaran besar terjadi menyusul penggusuran di Rawasari, Minggu (10/2) pukul 18.15. Api berasal dari hunian di dekat pertokoan di perempatan Jalan Pramuka dan Jalan Ahmad Yani yang membatasi wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Pusat.
Asran Saragih (47), pemilik agen koran dan majalah Saragih, mengaku merasa heran kenapa api bisa tiba-tiba muncul dari hunian yang sudah kosong.
"Kami kan berunding baik-baik. Kenapa harus ada kebakaran. Apalagi barang dagangan saya yang sebagian besar koran dan majalah belum sempat dikeluarkan," kata Saragih.
Puluhan pedagang asongan dan loper koran berdatangan ke kios Saragih. Mereka membantu mengungsikan barang dagangan Saragih.
Tati, seorang pemilik kios rokok, menyatakan proses terjadinya kebakaran sangat ganjil. "Sudah tidak ada warga di dalam bangunan yang akan dibongkar. Bagian belakang hunian mulai dibongkar petugas. Tidak lama kemudian terjadi keributan dan perang batu, lalu ada asap hitam yang diikuti kebakaran," kata Tati yang sudah 20 tahun lebih berlangganan membeli rokok ke grosir milik Saragih.
Kebakaran terjadi tidak lama setelah alat berat backhoe menghancurkan Cafe Toba yang bersebelahan dengan Rumah Makan Manado Andi Watung. Terjadi lemparan batu yang menurut warga bukan berasal dari warga dan menimbulkan kekacauan.
Ketika perhatian massa tercurah kepada perang batu antara warga dan aparat Ketentraman dan Ketertiban (Tramtib), tiba-tiba muncul asap hitam yang membubung dari salah satu bangunan yang diikuti kobaran api.
Kepala Seksi Tramtib Kecamatan Cempaka Putih Sukristiono menjelaskan, penertiban dilakukan sampai tuntas. "Ada 800 anggota Tramtib yang dikerahkan. Ini demi pemulihan fungsi jalur hijau. Setelah api padam, kami akan melanjutkan penertiban dan alat berat kembali beroperasi," kata Sukristiono.
Ratusan warga penghuni dan pedagang korban gusuran masih bertahan di lokasi hingga pukul 19.30 memandangi pertokoan yang terbakar. Semula para pedagang percaya akan mendapat penangguhan untuk memindahkan barang dagangan.
"Rasanya kami dapat waktu hingga minggu depan," ujar Frans Silalahi, anggota Tim Tujuh yang mewakili warga dan pedagang berunding dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta di DPRD DKI Jakarta.
Menurut Silalahi, di belakang lokasi jalur hijau yang digusur oleh Pemprov DKI Jakarta akan dibangun sebuah mal otomotif.
Seorang pedagang yang tidak mau diungkap identitasnya mengatakan, pada tahun lalu dirinya sempat diundang untuk merelakan kiosnya dibongkar.
"Rencananya kios saya akan dijadikan jalan masuk proyek. Jalan itu dirancang selebar 10 meter. Saya menolak dan pedagang lain juga tidak mau menanggapi rencana tersebut," kata pedagang itu.
Usut kebakaran
Pendeta Buce Siwi yang ditemui di lokasi kebakaran menuntut adanya pengusutan terhadap peristiwa kebakaran di tengah penggusuran.
"Mungkin nilai kios tidak seberapa. Namun, nilai barang dagangan milik warga mencapai miliaran rupiah," kata Buce yang memimpin Gereja Kristen Bahtera Indonesia (GKBI) di Rawasari.
Barang dagangan dan perlengkapan rumah tangga terlihat teronggok di kolong jalan layang Ahmad Yani. Ribuan keramik dan barang antik diungsikan ke trotoar yang terletak di kolong jembatan layang.
Selain pedagang barang antik, warga kecil yang mencari nafkah di jalan dan tinggal di rumah kontrakan Rawasari juga kebingungan. Tuyan (45) dan Sarjiah (35), sepasang pengasong rokok, kebingungan mencari tempat tidur di kolong jalan layang.
"Malam ini kami tidak tahu harus tidur di mana," kata Tuyan seraya membawa beberapa kantong plastik berisi pakaian dan barang dagangan.
Penggusuran berlangsung sejak pukul 11.00 di permukiman warga RT 16 RW 09 Kelurahan Rawasari. Hanya sebuah masjid dan pos keamanan yang masih terlihat berdiri.
Rohim, seorang warga, mengaku sudah pasrah dan akan tidur bersama delapan anggota keluarganya beratapkan langit.
"Kami dan sebagian besar warga tidak punya sanak keluarga. Penggusuran ini mendadak sekali," ujar Rohim yang berasal dari Brebes dan sudah bermukim di Rawasari sejak 1992.
Hingga pukul 20.00, ribuan orang masih berkerumun di sekitar lokasi kebakaran. Kemacetan terjadi dan ratusan petugas Tramtib serta polisi masih menjaga lokasi
Never miss a thing. Make Yahoo your homepage.