"Jumlah itu belum termasuk 20 kasus gizi buruk kronis atau busung lapar yang terdapat di Kabupaten Rokan Hulu dan Kota Pekanbaru," kata Kepala Sub Dinas (Kasubdin) Pelayanan Kesehatan dan Gizi Dinkes Riau Burhanuddin Agung kepada Media Indonesia, Rabu (5/3).
Ia menjelaskan, jumlah itu jauh meningkat dari hasil survei pada tahun 2006 lalu yakni dari 567.544 balita, 25% diantaranya dikategorikan bergizi buruk.
Namun jumlah kasus gizi buruk berbanding terbalik dengan kasus gizi buruk kronis yang cenderung mengalami penurunan. Disebutkannya, pada 2006 lalu terdata sebanyak 41 kasus gizi buruk kronis dengan empat kasus kematian. Sedangkan pada 2005, kasus gizi buruk kronis mencapai 88 kasus dengan empat kasus meninggal dunia.
"Berbeda dengan daerah lainnya di tanah air. Di Riau, faktor penyebab kasus gizi buruk lebih banyak terjadi akibat terinfeksi berbagai macam virus seperti radang paru dan kelainan usus. Selain itu juga terjadi karena faktor kualitas keturunan," jelasnnya.
Karena itu, lanjutnya, Dinkes Riau saat ini menyiapkan sejumlah langkah penanggulangan, salah satunya penyediaan 200 ribu makanan pendamping ASI untuk balita penderita gizi buruk. Selain itu juga penyediaan suplemen pelangkap bagi balita di setiap puskesmas dan posyandu di kabupaten/kota.
Ia menambahkan, dengan adanya makanan pedamping ini, diharapkan status gizi bayi yang menderita gizi buruk dapat ditingkatkan menjadi gizi baik. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau akan menyiapkan 30% anggaran untuk pembelian makanan pendamping. Sedangkan sisanya nanti akan dibeli oleh masing-masing daerah. (RK/OL-06)
Penulis: Rudi Kurniawansyah