BOGOR, JUMAT-Ketua organisasi buruh, Hendi Kuswanda, tewas misterius
dua hari setelah memimpin aksi protes (demo) soal pemberangusan hak
buruh. Polisi menyatakan Hendi korban kecelakaan lalu lintas namun
keluarga tak percaya.
Hendi Kuswanda adalah Ketua Pengurus Komisariat (PK) Federasi Serikat
Buruh Seluruh Indonesia (FSBSI) di PT Yasunaga Indonesia, Serang,
Banten. Dia meninggal dalam perawatan di RS Krakatau Steel, Cilegon,
Banten, Rabu (27/2) malam.
Dua hari sebelumnya, Hendi memimpin rekan-rekannya berdialog dengan
anggota DPRD Kabupaten Serang. Hendi mengeluhkan larangan bagi
karyawan untuk membentuk serikat buruh di PT Yasunaga Indonesia
Serang. Larangan tersebut tertuang dalam peraturan perubahan nomor
047/HRD-YI/II/ 2008.
"Kami selalu mendapat ancaman sampai sanksi pemecatan jika melakukan
kegiatan berserikat. Padahal kegiatan itu dibolehkan undang-undang.
Tapi, kenapa sampai saat ini pengusaha nakal tersebut tidak dijerat
hukum," kata Hendi kepada Warta Kota ketika bertemu di DPRD.
Pernyataan Hendi ini dimuat di Warta Kota sehari kemudian dalam judul
Buruh Dilarang Berserikat.
Saat itu Hendi juga mengatakan bahwa ia dan rekan-rekannya diancam
akan dipecat bila hari Senin itu jadi berangkat ke DPRD. "Kami ke sini
di bawah ancaman pemecatan. Tapi, saya pribadi tidak takut berkat
dukungan teman-teman," ujar Hendi usai berdialog di aula DPRD
Kabupaten Serang.
Hendi merupakan aktivis buruh di PT Yasunaga Indonesia, pabrik spare
part mobil yang beralamat di Jalan Raya Jakarta-Serang Km 68, Kawasan
Industri Modern, Cikande, Kabupaten Serang. Menurut kawan-kawan
kerjanya, Hendi giat memperjuangkan nasib rekan-rekannya sehingga
berkali-kali Hendi dipindahtugaskan. "Terakhir, teman kami itu
dipindahkan dari bagian general affair ke bagian cleaning service, dia
dipindah dengan alasan tidak mematuhi peraturan perusahaan," kata
Dado, rekan korban.
Reza, kerabat Hendi, mengatakan penyebab tewasnya aktivis buruh
tersebut masih simpang siur. Keluarganya mendapat informasi bahwa pada
Rabu malam Hendi mengendarai sepeda motor milik temannya dan terjatuh
di wilayah Kragilan, Serang, tak jauh dari kantor polisi Kragilan.
Polisi kemudian menolong Hendi. "Anggota Polsek Kragilan, dengan
telepon genggam milik korban menghubungi keluarga. Akhirnya keluarga
yang dihubungi itu pun secepatnya datang ke lokasi. Ketika itu korban
masih hidup, lalu korban secepatnya dibawa ke RSUD Serang," kata Reza
ketika ditemui di rumah duka di Jalan Masjid I, RT 06/05 Perumnas
Bantarkemang, Kelurahan Baranangsiang, Bogor Timur, Kamis (29/2).
Karena lukanya cukup serius, Hendi dirujuk ke RS Krakatau Steel. Di RS
Krakatau Steel, Hendi sempat menjalani CT Scan. Namun, beberapa jam
kemudian Hendi meninggal dunia. Saat itu, pihak keluarga Hendi percaya
penjelasan polisi bahwa korban mengalami kecelakaan hingga terluka
parah dan berujung pada tewasnya bapak dua anak tersebut.
Belakangan, keluarga menemukan lebam pada sekeliling mata kiri dan
bagian belakang kepala pecah hingga sebagian isinya keluar. Temuan ini
menyebabkan keluarga ragu Hendi merupakan korban kecelakaan lalu
lintas. "Kami tidak yakin korban tewas karena kecelakaan. Pada
jasadnya sangat jelas terlihat ada bekas tindak kekerasan, kemungkinan
besar korban dikeroyok karena di kepalanya ada bekas pukulan dan
hantaman benda keras," kata Reza.
Dia menambahkan, "Mata kiri korban lebam, kepala bagian belakang
robek, bahkan otak kecilnya keluar. Saat ini kami masih menunggu hasil
visum dari RSUD Serang karena korban pertama kali dibawa ke rumah
sakit tersebut."
Jenazah Hendi tiba di rumah duka Kamis pagi dan disambut haru
keluarganya. Sebagian besar keluarga Hendi terkejut ketika mendapat
kabar duka itu. Mereka tidak menyangka Hendi pergi begitu cepat.
Setelah disemayamkan di rumah duka, jasad aktivis buruh tersebut
dikebumikan di tanah milik keluarga di Cimoboran, Ciherang, Desa
Sukawening, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pemakaman Hendi
dihadiri keluarga dan rekan-rekan kerjanya.
Menurut rekan-rekan kerjanya, Hendi Kuswandi getol membela hak-hak
buruh di tempat kerjanya. Terakhir, dia memimpin rekan-rekannya
menentang peraturan perusahaan nomor 047/HRD-YI/II/ 2008 yang melarang
pengurus serikat pekerja melakukan kegiatan berserikat. Dalam
memperjuangkan nasib buruh, pria berambut ikal itu tidak pernah surut
meski mendapatkan intervensi atau tekanan dari manajemen.
Kecelakaan tunggal
Kecurigaan keluarga bahwa Hendi meninggal akibat penganiayaan, tak
sesuai dengan temuan polisi. Kanit Reskrim Polsek Kragilan Iptu Anang
Jhuswandi mengatakan Hendi meninggal akibat kecelakan lalu lintas
berat. "Hendi itu kasusnya kecelakaan berat. Kami hanya mendata saja,
sedangkan penanganan lebih lanjut, ditangani Unit Laka Lantas Polres
Serang," ujarnya, kemarin.
Bripka Hendri, petugas piket di Unit Kecelakaan Lalu Lintas (Laka
Lantas) Polres Serang, mengatakan Hendi yang mengendarai sepeda motor
Yamaha Jupiter Z nomor polisi B 6959 NGF mengalami kecelakaan tunggal
di Jalan Tambak, persisnya di Kampung Pasar Kragilan,
Kelurahan/Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang, pukul 00.15. Data
tersebut, kata Hendri, tercatat di buku laporan Unit Laka Lantas.
Lebih lanjut Hendri mengatakan, korban diduga terjatuh saat
menghindari lubang. "Di buku mutasi ini, korban atas nama Hendi
tercatat mengalami laka (kecelakaan- Red) tunggal. Kemungkinan, ia
terjatuh karena menghindari lubang," ujarnya.
Kecurigaan keluarga Hendi bahwa Hendi meninggal bukan karena
kecelakaan lalu lintas mirip kecurigaan pada keluarga Lambang Babar
Purnomo, saksi ahli kasus pencurian arca kuno koleksi Museum
Radyapustaka Solo, Lambang Babar Purnomo. Lambang ditemukan tewas di
tepi jalan di Sleman, Yogyakarta, Sabtu (9/2) pagi. Polisi menyatakan
Lambang korban kecelakaan lalu lintas. Namun, keluarga dan rekan-rekan
korban curiga Lambang menjadi korban penganiayaan terkait statusnya
sebagai saksi ahli kasus pencurian arca. (Warta Kota/Adi Kurniawan,
Syahrul Munir)