-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

29 February 2008

Pengusaha Jepang Takut; Sikap Buruh Indonesia yang Keras Menjadi Perhatian

Jumat, 29 Feb 2008 | 01:02 WIB

Tokyo, Kompas - Masalah perburuhan merupakan sesuatu yang sangat mengkhawatirkan bagi para pengusaha Jepang. Berbagai berita tentang aksi kaum buruh di Indonesia yang diberitakan berbagai media massa menjadi perhatian mereka.

Demikian kata Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam jumpa pers dengan para wartawan Indonesia di Hotel Imperial, Tokyo, Kamis (28/2).

Jumpa pers berlangsung setelah Wapres bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda selama 30 menit di kantor Perdana Menteri Jepang di kawasan Chiyoda-ku Nagatacho, Tokyo. Setelah itu, Wapres juga menerima pimpinan perusahaan dari Mitsubishi, Jetro, dan Mitsui.

Ketika bertemu dengan para pengusaha Jepang, Kalla mengaku banyak mendapat keluhan tentang aksi buruh Indonesia yang dinilai keras. Walaupun perusahaan-perusahaan Jepang di Indonesia tidak banyak menghadapi masalah perburuhan, kata Kalla, mereka punya persepsi negatif terhadap buruh Indonesia.

”Mereka sangat khawatir dengan serikat buruh yang keras. Karena itu, kita harus bersama-sama menurunkan tensi buruh Indonesia. Jangan segala masalah dihadapi dengan demo,” ujar Kalla.

Pengusaha Jepang juga mengeluhkan masalah pengangkutan barang dari pabrik ke Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta yang sangat memakan waktu. ”Akses ke Tanjung Priok itu harus betul-betul diperhatikan,” ujarnya.

Buku panduan Kedutaan Besar Indonesia di Tokyo menyebutkan, investasi Jepang ke Indonesia selama tiga tahun terakhir ini menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2005 tercatat nilainya lebih dari 1 miliar dollar AS.

Sehari sebelum tiba di Tokyo, Wapres berkunjung ke pabrik televisi plasma Panasonic serta kantor pusat dan pabrik Toyota di Osaka. Di pabrik Toyota para wartawan tidak diperbolehkan masuk karena perusahaan tersebut tidak ingin ada pemotretan di pabriknya.

”Kunjungan ini untuk mengetahui dan meneliti mengapa investasi dari Jepang ke Indonesia tidak meningkat dibandingkan dengan investasi Jepang ke negara-negara lain,” kata Kalla. Saat ini, Indonesia merupakan tujuan investasi nomor tujuh.

Kalla mengharapkan Panasonic mau meningkatkan investasinya ke Indonesia agar bisa menjadi pusat elektronik di Asia Tenggara. Panasonic sudah hampir 40 tahun masuk Indonesia sejak radio transistor ada di sini.

Menurut Presiden Direktur PT Panasonic Gobel Indonesia Rahmat Gobel, setelah kunjungan Wapres, pihak Panasonic berencana meningkatkan investasi.

Pertemuan Wapres dengan PM Fukuda lebih banyak membahas soal pelaksanaan Economic Partnership Agreement (EPA) setelah penandatanganan pernyataan bersama dokumen Strategic Partnership fo Peaceful and Properous (Kerja Sama Strategis untuk Perdamaian dan Kemakmuran Masa Depan), November 2006 lalu, oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan PM Jepang (waktu itu) Shinzo Abe di Tokyo.

J Osdar