JEMBER - Kepergian Sampir Retno Ucik, 27, tenaga kerja wanita (TKW) asal Desa Sabrang, Ambulu, Jember, ke Arab Saudi harus berakhir pilu. Ibu seorang anak itu memilih pulang paksa karena merasa tak kuat menahan siksaan majikannya.
Tak tanggung-tanggung, Ucik disiksa majikannya selama 18 bulan. Bahkan, akibat siksaan itu dia harus dirawat intensif di rumah sakit Arab Saudi selama tujuh bulan sebelum memutuskan pulang paksa.
Ucik mengadu nasib ke Arab Saudi 18 bulan lalu. Ekonomi keluarganya yang serba pas-pasan membuatnya terpanggil membantu meringankan tugas suami. "Saya melihat teman dan tetangga yang kerja di Arab Saudi bisa hidup enak. Dari situ saya bertekad bekerja di sana," katanya.
Selanjutnya, Ucik kenal dengan seseorang yang bekerja di Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI). Saat itu Ucik dijanjikan bekerja di Arab Saudi enak dan gajinya cukup besar. Mendengar janji manis itu, Ucik terpancing untuk berangkat.
"Untuk surat-surat dan biaya pemberangkatan, suami saya menjual sapi," katanya. Ucik selanjutnya dikirim ke kantor PJTKI tersebut di Jakarta. Setelah semua beres, Ucik diterbangkan ke Riyadh, Arab Saudi. "Sampai di Bandara Riyadh saya ditelantarkan dan tidak tidak diberi makan dan minum selama dua hari," katanya.
Setelah dua hari terkatung-katung di bandara, dia baru dijemput petugas agen. Namun dia tidak langsung dikirim ke majikan, melainkan ditampung di kantor agen selama enam hari.
Hari ketujuh, Ucik diterbangkan ke kota Sakaka, Al Rauf, yang ada di Arab Saudi Barat. Ucik diserahkan ke Saud Mahmud Al Bagwi salah seorang majikan di kota itu. "Rumahnya besar dan anaknya banyak, sampai sebelas orang," katanya.
Awal bekerja, Ucik merasa sangat nyaman. Sebab semua pekerjaan dilakukan sesuai waktu yang ada dalam surat perjanjian kontrak. "Dalam kontrak itu saya bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Dan saya berhak mendapat gaji setiap bulannya 600 real," katanya.
Namun kenyamanan itu hanya dinikmati Ucik selama tiga bulan. Lebih dari itu, yang ada hanya penyiksaan tiada henti. Majikan berubah menjadi kejam, tendangan dan pukulan setiap hari dirasakan TKW malang ini.
Penyiksaan itu bukan hanya satu dua orang yang melakukan. Namun semua anggota keluarga Mahmud. Termasuk Zeika, istrinya dan sebelas anak serta menantunya. "Anaknya sebelas orang. Mereka semua minta dilayani bersamaan. Telat sedetik langsung main pukul dan ditendang. Mulai dari yang besar hingga anak paling kecil," katanya.
Akibat banyaknya tendangan dan pukulan itu, Ucik langsung jatuh sakit yang luar biasa. Namun dia tetap bertahan meski kedua kaki dan lehernya sakit akibat dicekik Zeika. "Saya sabar dan tetap bekerja di rumah itu," katanya.
Namun akhirnya Ucik harus berhenti bekerja. Ini setelah dia mendapat tendangan keras dari kaki anak Mahmud yang menjadi polisi. Saat itu, sang anak lagi marah kepada bapaknya. Setelah perang mulut anaknya duduk di kursi tamu.
Ucik secara tak sengaja melintas di depan anaknya. Tanpa banyak cakap, sang anak berdiri dan menendang tepat mengenai ulu hati Ucik. Saking kerasnya Ucik terpental hingga 3 meter. "Baki yang saya bawa langsung pecah. Dan saya langsung sesak napas. Tapi ketahuan majikan perempuan, bukan ditolong namun malah diejek. Katanya saya pura-pura. Ini yang membuat hati saya sakit," kata Ucik dengan berderai air mata.
Tampaknya itu belum berakhir. Si anak pun kembali mendatangi Ucik. Dia memukul kepala serta badannya hingga Ucik benar-benar tak berdaya. Hal ini diketahui Mahmud. Dia pun diantar ke rumah sakit terdekat. Setelah diperiksa, dokter meminta Ucik untuk opname.
Dua bulan Ucik dirawat dan harus menjalani operasi. Beberapa tubuhnya dimasuki selang dan alat-alat yang dia sendiri tidak tahu fungsinya. Bahkan dia harus cuci darah setiap dua hari sekali.
Hal ini membuat Ucik kian tidak betah. Kemudian dia meminta pulang ke Indonesia. Namun sang majikan mengulur-ulur waktu. Namun Ucik tetap bersikukuh ingin pulang. "Saya tidak kuat lagi menahan siksaan dan ingin pulang," katanya.
Akhirnya keinginannya terkabul. Dan ini mengundang simpatik suster di rumah sakit. Sebelum pulang sang suster memberinya uang 1.050 real. Dimasukkan ke dalam tas. Namun uang itu kemudian dirampas Zeika majikan perempuannya.
Setelah mulai membaik, Ucik boleh keluar dari rumah sakit. Dan dia diantar oleh Mahmud ke bandara. "Tadi malam pukul tiga saya sampai rumah ini," katanya kemarin.
Penderitaan Ucik selama bekerja di Arab Saudi mengundang reaksi Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Jember. Mereka minta pemerintah perhatian dan menindak tegas PT yang memberangkatkan. "Sebab PT itu menempatkan ke majikan yang sangat kejam," katanya. (rid)