Baa, Kompas - Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, mengalami kejadian luar biasa gizi buruk. Saat ini ada 157 anak balita ditangani di Rumah Sakit Umum Daerah Rote Ndao dan sejumlah puskesmas karena gizi buruk dan sebanyak 56 di antaranya mengalami maramus atau busung lapar karena kekurangan kalori.
Wakil Bupati Rote Ndao Bernad Pelle mengemukakan itu di Baa, Minggu (9/3). Ia menambahkan, penderita gizi buruk yang kondisinya parah dirawat inap. Sebagian lainnya, dirawat jalan dan diberi makanan tambahan oleh puskesmas,.
"Kami membentuk tim ke desa-desa untuk melakukan penyisiran, mengidentifikasi dan mengawasi anak balita yang mengalami gizi buruk. Posyandu dikerahkan pula untuk melakukan pelayanan setiap pekan, tidak lagi sekali sebulan," kata Pelle.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rote Ndao menyediakan dana Rp 500 juta. Jumlah anak balita di Rote Ndao saat ini 13.298 anak, dari 110.000 penduduk. Dari 56 anak yang masuk tahap maramus, tiga anak meninggal dunia di RSUD Rote Ndao, Rabu (5/3).
Menurut Pelle, pemkab membutuhkan bantuan dari Pemprov Nusa Tenggara Timur dan pemerintah pusat untuk mengatasi kasus ini. Kondisi ekonomi masyarakat memprihatinkan karena gagal panen. Saat ini rata-rata penghasilan Rp 20.000 per bulan per kepala keluarga.
Kader posyandu
Sementara itu, kalangan mahasiswi di Jambi diajak untuk berperan meningkatkan kesehatan masyarakat secara lebih nyata. Salah satu caranya adalah bekerja sama dengan anggota Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk menjadi kader posyandu di lingkungan masing-masing.
Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jambi Ratu Munawaroh menyerukan ajakan tersebut dalam acara Pelatihan Manajemen Kepemimpinan Wanita (LKMW) dan seminar Politik Perempuan, Sabtu (8/3) di Kota Jambi.
Ratu menilai, dengan masih banyaknya penderita gizi buruk dan kurang gizi di Jambi, diperlukan penanganan dari kader posyandu secara lebih cermat sehingga membutuhkan partisipasi dari banyak pihak, termasuk mahasiswi. "Banyaknya anggota masyarakat kita yang mengalami gizi kurang atau gizi buruk sebenarnya merupakan kesalahan kita juga. Kita sebagai tetangga mereka haruslah memerhatikan nasib sesama di lingkungan kita tinggal," ujar Ratu. (kor/ita)