Mutia, penderita gizi buruk di Deli Serdang, Sumut.
Liputan6.com, Medan: Penderita gizi buruk di Tanah Air semakin menyebar. Jika sebelumnya gizi buruk banyak ditemukan di wilayah Indonesia Timur, kini kasus tersebut terjadi di Indonesia Barat, termasuk Pulau Sumatra dan Jawa yang notabene perekonomiannya lebih maju.
Mutia, misalnya. Memasuki usia dua tahun, dia seharusnya sudah bisa melakukan berbagai aktivitas. Namun gizi buruk membuat bocah ini hanya bisa tergolek tidak berdaya. Kaki warga Desa Suka Makmur, Deli Serdang, Sumatra Utara, ini amat kurus sehingga tidak mampu menahan tubuhnya untuk berdiri.
Kondisi badannya juga tak kalah mengenaskan. Kondisi seperti ini sudah lama dialami Mutia. Jika tidak segera ditangani, ia terancam lumpuh permanen. Kondisi Mutia tak terlepas dari keadaan ekonomi orang tua gadis cilik ini. Sang ayah hanya sebagai pengumpul barang bekas yang juga harus menghidupi delapan anak lainnya.
Hal serupa dialami Lestari. Bayi berusia lima bulan ini harus harus mengenakan selang infus karena kondisinya mengkhawatirkan. Selain menderita gizi buruk, Lestari yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Djojonegoro, Temanggung, Jawa Tengah, juga menderita infeksi saluran pernapasan.
Saat lahir, bayi warga Desa Kemiri Ombo ini berat badannya 2,9 kilogram. Karena makanannya tidak terjaga, berat badan Lestari terus turun. Saat ini bobot tubuhnya hanya 2,5 kilogram. Padahal berat badan ideal anak seusianya minimal harus mencapai enam kilogram.
Gizi buruk juga dialami Arista Widya Rosidah. Nasibnya sangat memprihatinkan karena ia juga mengalami pengecilan kepala. Arista kini hidup di Boyolali, Jawa Tengah, dengan orang tua angkat setelah dibuang orang tua kandungnya. Sama seperti penderita gizi buruk lainnya, Arista sehari-hari tidak pernah diberikan susu dan dibawa ke dokter karena keterbatasan biaya. Orang tua angkatnya hanya berprofesi sebagai loper koran.(YNI/Tim Liputan 6 SCTV)