-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

09 March 2008

Pulau Rote KLB Busung Lapar

KUPANG--MI: Kasus busung lapar di Kabupaten Rote Ndao (Pulau Rote), Nusa Tenggara Timur, dinyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB), setelah lima balita busung lapar di daerah itu, meninggal.

Sampai Sabtu (8/3) pagi, tiga pasien busung lapar masih menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ba'a, di ibu kota Rote Ndao. Sedangkan jumlah balita yang telah menderita gizi buruk di dinas kesehatan setempat berjumlah 144 orang. Diantaranya Kartika Selak, 2, asal Kelurahan Metina, Kecamatan Lobalain.

Kondisi Kartika kritis, tetapi ia dan balita gizi buruk lainnya belum dirawat di puskesmas maupun rumah sakit karena ketiadaan biaya. Jumlah itu belum termasuk 940 gizi buruk yang terdata pada akhir 2007.

Tiga busung lapar yang menjalani rawat inap di RSUD Ba'a juga dalam kondisi kritis, yakni Ivan Henuk, 1,1, Wilhelmina Manehat, 1,5, dan Rehan Manehat, 5 bulan.

Wakil Bupati Rote Ndao Bernard Pelle mengatakan, penetapan KLB gizi buruk bertujuan penanganan melibatkan semua instansi. "Kami segera menggelar rapat untuk membahas kondisi ini (KLB busung lapar)," katanya.

Menurut dia, pemerintah telah menganggarkan dana sebesar Rp500 juta untuk penanganan gizi buruk dan busung lapar di Rote, tetapi dana tersebut belum bisa dicairkan karena DPRD Rote Ndao belum mengesahkan APBD.

Dia mengatakan, sebab utama yang mengakibatkan balita menderita gizi buruk dan busung lapar adalah kemiskinan yang mengakibatkan orang tua tidak mampu membeli makanan bergizi untuk anak-anaknya.

Di tempat terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Timur dokter Stefanus Bria Seran mengatakan, pihaknya membutuhkan dana sekitar Rp50 miliar untuk menangani kasus gizi buruk dan busung lapar di 20 kabupaten/kota di daerah itu. Sampai Maret 2008, balita gizi buruk berjumlah 81.380 orang, gizi kurang 68.873 orang, gizi buruk dan komplikasi 12.340 orang, dan busung lapar 167 orang.

Dia minta para bupati seharusnya menyiapkan dana penanganan gizi buruk dan busung lapar di APBD masing-masing, dan membangun pusat rehabilitasi gizi. "Jika gizi buruk dan busung lapar tidak ditangani (lebih serius) kasus ini akan terus berulang," katanya. (PO/OL-03)

Penulis: Palce Amalo