Senin, 17 Maret 2008 - 13:55 wib
KUPANG - Pemerintah Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, mengakui masalah ketahanan pangan menjadi salah satu penyebab utama terjadinya krisis gizi di wilayah itu.
Wakil Bupati Rote Ndao Bernard Pelle, dalam pernyataan persnya Senin (17/3/2008) mengatakan, melemahnya system kekebalan tubuh ribuan balita di daerah itu diakibatkan pola makan yang salah serta kurangnya ketersediaan pangan.
"Kebanyakan orangtua korban berasal dari keluarga miskin dengan lahan pertanian yang terbatas," kata Bernard.
Menurutnya, banyaknya kasus balita gizi buruk juga diakibatkan gagalnya program keluarga berencana, sehingga rata-rata setiap keluarga miskin memiliki anak lebih dari dua orang.
"Ke depan, program KB akan menjadi prioritas sehingga diharapkan mayarakat dapat mengurangi jumah anak. Karena kalau banyak anak risiko kekurangan pangan menjadi lebih besar karena ekonomi keluarga terbatas, sementara tuntutan kebutuhan anak semakin bertambah," paparnya.
Sementara itu, tim razia yang diterjunkan untuk menyisir setiap rumah penduduk untuk mencari balita dan anak-anak penderita gizi, menemukan sedikitnya 1.200 kasus balita kurang gizi, serta 240 penderita gizi buruk.
Penyisiran yang berlangsung selama hampir satu pekan tersebut untuk sementara berhasil menekan jumlah korban tewas. Sampai saat ini, tercatat enam korban tewas akibat masalah gizi buruk di daerah itu.
Di Kabupaten Belu dilaporan, sekira 2.420 balita diidentifiksi mengalami gizi buruk sementara 13.000 balita lainnya tergolong kurang gizi. (jri)
Wakil Bupati Rote Ndao Bernard Pelle, dalam pernyataan persnya Senin (17/3/2008) mengatakan, melemahnya system kekebalan tubuh ribuan balita di daerah itu diakibatkan pola makan yang salah serta kurangnya ketersediaan pangan.
"Kebanyakan orangtua korban berasal dari keluarga miskin dengan lahan pertanian yang terbatas," kata Bernard.
Menurutnya, banyaknya kasus balita gizi buruk juga diakibatkan gagalnya program keluarga berencana, sehingga rata-rata setiap keluarga miskin memiliki anak lebih dari dua orang.
"Ke depan, program KB akan menjadi prioritas sehingga diharapkan mayarakat dapat mengurangi jumah anak. Karena kalau banyak anak risiko kekurangan pangan menjadi lebih besar karena ekonomi keluarga terbatas, sementara tuntutan kebutuhan anak semakin bertambah," paparnya.
Sementara itu, tim razia yang diterjunkan untuk menyisir setiap rumah penduduk untuk mencari balita dan anak-anak penderita gizi, menemukan sedikitnya 1.200 kasus balita kurang gizi, serta 240 penderita gizi buruk.
Penyisiran yang berlangsung selama hampir satu pekan tersebut untuk sementara berhasil menekan jumlah korban tewas. Sampai saat ini, tercatat enam korban tewas akibat masalah gizi buruk di daerah itu.
Di Kabupaten Belu dilaporan, sekira 2.420 balita diidentifiksi mengalami gizi buruk sementara 13.000 balita lainnya tergolong kurang gizi. (jri)
You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total Access, No Cost.