JUMLAH kematian ibu melahirkan di Indonesia mencapai angka spektakuler yakni 307 per 100 ribu kelahiran dari rata-rata kelahiran sekitar 3-4 juta setiap tahun.
Angka yang dihimpun dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 itu menunjukkan sekitar 15 ribu ibu meninggal karena melahirkan setiap tahun atau 1.279 setiap bulan, atau 172 setiap pekan atau 43 ibu setiap hari, atau hampir dua ibu meninggal setiap jam.
Faktor medis yang menjadi penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan 42 persen, keracunan kehamilan (eklamsia) 13 persen, keguguran (abortus) 11 persen, infeksi (10 persen), persalinan macet (partus lama) sembilan persen dan penyebab lain 15 persen.
Sedangkan penyebab non medis yakni status nutrisi ibu hamil yang rendah, anemia pada ibu hamil, terlambat mendapat pelayanan, serta usia yang tidak ideal dalam melahirkan, terlalu banyak anak dan terlalu dekat jarak melahirkan.
Kenyataan banyaknya kematian ibu ini bisa disebut sebagai sebuah tragedi nasional, termasuk dalam kategori tinggi di antara negara Asia Selatan dan Pasifik, sayangnya kasus melimpahnya kematian ibu karena melahirkan ini dianggap hal yang biasa saja.
Menurut Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr Sugiri Syarief, jumlah kematian ibu yang tinggi ini adalah pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan, caranya dengan kembali menggalakkan program KB, di mana setiap kehamilan merupakan suatu yang diinginkan dan direncanakan.
Di Indonesia setiap tahun ada 2,3 juta keguguran di mana 700 ribu disebabkan kehamilan yang tidak diinginkan, sedangkan 600 ribu disebabkan kegagalan KB. Penelitian menyebutkan, 89 persen keguguran dilakukan oleh wanita yang sudah menikah, 11 persen dilakukan oleh yang belum menikah.
Karena itu, lanjut dia, perencanaan kehamilan harus dimiliki oleh setiap keluarga, tentu saja ditambah dengan pengetahuan yang memadai tentang kesehatan reproduksi, sehingga dapat mengurangi resiko langsung dan tak langsung kematian ibu dalam persalinan.
Program KB karena itu menjadi salah satu program pokok dalam meningkatkan status kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan bayi, khususnya karena kehamilan dan kelahiran terencana sangat sesuai persyaratan kesehatan.
KB, ujarnya, mencegah kehamilan, yang berarti mengurangi risiko kematian karena melahirkan, KB juga mengatur kehamilan agar kehamilan benar-benar diinginkan dan mencegah aborsi penyebab kematian.
KB juga memungkinkan ibu melahirkan di usia yang ideal saja dan dengan jarak kelahiran yang bisa diatur ideal sehingga mengurangi resiko kematian, KB juga mengurangi jumlah kelahiran sehingga tidak lebih dari empat kali, sehingga mengurangi resiko kematian.
Bahkan peralatan KB juga seringkali bermanfaat, misalnya pil kontrasepsi juga dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium, penggunaan kondom dapat menghindarkan penularan penyakit menular seksual.
Sedangkan bagi bayi, pengaturan kelahiran juga memiliki manfaat kesehatan yang nyata, terbukti oleh data yang menyebut bahwa jarak antar kelahiran kurang dari dua tahun akan meningkatkan kematian bayi, selain itu perawatan bayi lebih sukses dilakukan jika jarak kelahiran lebih besar.
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.