-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

28 May 2008

Lagi, Seorang TKW Disiksa Majikan


Oleh
Widjil Purnomo

KARAWANG - Tarwi binti Akim (28), seorang tenaga kerja wanita (TKW) asal Tempuran, Kabupaten Karawang, Jabar terpaksa dirawat di Rumah Sakit Islam (RSI) Karawang sepulang bekerja di Riyadh, Arab Saudi. Sekujur tubuhnya mengalami luka bakar dan di kepalanya masih terdapat darah mengering akibat benturan benda keras.

Kondisi Tarwi masih sangat lemah dengan tubuh yang kurus kering tergolek di bangsal Huud, ruang perawatan kelas 3 di rumah sakit tersebut. Di tangan kirinya terpasang selang infus yang cairannya terus mengalir masuk ke tubuhnya sepanjang tiga hari terakhir dirawat di sini. Meski demikian, kesadarannya tetap tinggi bahkan bisa menceritakan peristiwa demi peristiwa yang dialaminya.

"Saya dibawa ke rumah sakit oleh suami yang mengkhawatirkan kondisi saya seperti ini, bahkan tekanan darah saya hanya 60 ketika diperiksa dokter," kata istri Encim (31) ini kepada SH yang menemui di RSI, Senin (28/4).

Sebenarnya Tarwi enggan dibawa ke rumah sakit karena memikirkan biaya yang harus ditanggung keluarganya untuk perawatan. Maklum, sepulang bekerja selama dua tahun di keluarga Muhammad Husein Al Abud, praktis ia tidak membawa uang sesuai gaji yang dijanjikan. Sementara itu, keluarganya di Tempuran hanyalah seorang buruh tani yang tidak memiliki apa-apa. "Saya pulang ke Karawang bukan membawa uang dari Arab, tapi malah bikin susah keluarga. Saya sedih jika memikirkan ini karena dua tahun meninggalkan anak tanpa membawa apa-apa untuk dia," sesal ibu seorang anak yang bernama Sujana (9) ini.
Air matanya mengalir sambil tangannya maraih pergelangan Sujana yang terus menungguinya itu. Tarwi tiba di rumahnya di Dusun Baros, RT 12/02, Desa Pancakarya, Kecamatan Tempuran, Sabtu (26/4) sekitar pukul 19.00 WIB dengan menggunakan kendaraan angkutan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Saat diantar pulang ke rumah, kondisi Tarwi dalam keadaan yang sulit dikenali oleh keluarganya. "Saya dipulangkan ke Indonesia oleh majikan karena dia berharap saya akan mati di jalan. Ternyata, Allah berkehendak lain. Saya masih bisa bertemu dengan keluarga, suami dan anak," ungkapnya sendu.

Disiksa Majikan
Luka bakar yang dialami Tarwi memang cukup mengerikan. Kulitnya mengelupas pada bagian muka, leher, dada dan paha. Pada bagian kepala terdapat darah yang mengering menggumpal. Rambutnya hampir gundul karena dipotong secara serampangan oleh majikan perempuan, Fatma. Tarwi mengaku luka bakar pada sekujur tubuhnya itu akibat siraman air panas majikan perempuannya.

Siraman air panas itu terjadi beberapa bulan sebelum ia dipulangkan ke Tanah Air, tapi karena tak pernah diobati luka bakar itu tak pernah sembuh. Bahkan, luka itu bertambah ketika majikan laki-laki menyetrika tungkai kaki perempuan muda ini ketika ia dianggap lalai merusakkan alat setrikaannya itu.

"Saya juga pernah dipaksa minum air mendidih oleh majikan, tapi saya menolak dengan keras," tambahnya. Akibatnya ia harus menanggung benturan kepala di tembok rumahnya yang keras sehingga darah mengucur deras. Bahkan, tulang tangan kanannya retak akibat menangkis pukulan majikannya dengan balok.

Menurut Tarwi, penyiksaan itu berawal ketika seorang anak dari empat anak kecil yang diasuhnya itu tidak mau lagi diasuh Tarwi. Majikan perempuan menuduh Tarwi sering mengasari anak-anaknya sehingga salah satu dari mereka tidak mau diasuh oleh Tarwi. "Ia marah karena kesenangannya untuk bersolek atau tidur sering terganggu oleh anak yang datang kepadanya," tutur Tarwi.

Tarwi berangkat ke Riyadh pada 22 Maret 2006 melalui Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) PT Alhijaz, Jakarta. Selama dua tahun bekerja sebagai pembantu rumah tangga, ia mengaku tidak mendapatkan gaji sesuai dengan kontrak kerja. Dalam kontrak kerja dengan PT Alhijaz, dirinya dijanjikan gaji 10.200 real per bulan, namun selama bekerja ia hanya dibayar 8.000 real untuk empat bulan.

Tak Pernah Henti
Penyiksaan TKW asal Karawang di luar negeri seolah-olah tak pernah berhenti selama sejarah pengiriman tenaga kerja di Tanah Air. Dalam tahun 2008 ini saja tak kurang dari enam kasus penyiksaan terungkap ke permukaan. Jumlah ini hampir tak terhitung jika ditambah kasus yang sama pada tahun-tahun sebelumnya.

Terakhir adalah kasus yang menimpa Siti Atikah binti Dakup (21) warga Kampung Cibanjar RT 15/05 Desa Ciparage Jaya, Kecamatan Tempuran yang disiksa majikannya di Damaskus, Siria hingga mengalami cacat permanen.

Eliyasa, seorang praktisi hukum di Karawang yang lebih banyak mengadvokasi persoalan TKW menyebutkan, penyiksaan yang sering dialami para TKW dari Karawang ini bisa diatasi jika semua pihak yang berwenang memperbaiki sistem perekrutannya untuk diperkerjakan di luar negeri.

Selama ini, perekrutan TKW asal Karawang tidak dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditentukan sehingga sumber daya manusia (SDM) yang dikirim ke luar negeri tidak memiliki kemampuan yang memadai.

Ia mencontohkan perekrutan dengan mengabaikan usia TKW yang di bawah ketentuan 21 tahun dengan cara memalsukan KTP. Bahkan, beberapa waktu lalu 13 calon TKW asal Karawang diperiksa aparat Polda Metro Jaya karena terbukti menambahkan usia dari yang sebenarnya di dokumen mereka. Begitu juga SDM yang asal comot tanpa memedulikan kemampuan mereka di bidangnya masing-masing.

Karawang seolah menjadi surga bagi pemburu TKW. Hal ini terlihat banyak perusahaan pengerah tenaga kerja yang beroperasi di sini. Data yang dimiliki Dinas Tenaga Kerja setempat menunjukkan saat ini terdapat 144 perusahaan pengerah tenaga kerja beroperasi di Karawang. Namun, dari jumlah itu hanya sekitar 99 perusahaan yang masih aktif mengirim TKW ke negara-negara Arab.

Para pemburu TKW ini memanfaatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat Karawang yang masih rendah. Mereka menjerat perempuan-perempuan termasuk mereka yang masih di bawah umur.

Perlu diketahui bahwa para pemburu TKW ini selalu mencari mangsa di kantong-kantong miskin di wilayah pertanian yang kering. Perempuan di wilayah miskin ini rata-rata masih buta huruf dan tanpa mengenal pendidikan sama sekali.

Data dari Biro Pusat Statistik Karawang 2006 menunjukkan angka buta huruf di wilayah Karawang yang berjumlah lebih dari 117.000 jiwa, hampir 80 persen adalah perempuan.
Sebagian dari mereka inilah yang kemudian disinyalir menjadi TKW di negara-negara Arab karena di Karawang tak mendapat tempat sebagai pekerja, meski di daerah ini berdiri sekitar 500 pabrik. Seperti yang disebutkan Eliyasa, perempuan Karawang tidak laku bekerja di daerahnya sendiri karena kalah bersaing dengan daerah-daerah lain. n