-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

08 May 2008

Warga Miskin Lebak Mulai Kesulitan Beli Bahan pokok

04/05/08 09:18


Lebak, (ANTARA News) - Warga miskin di Kabupaten Lebak, Banten, mulai kesulitan untuk mencukupi kebutuhan bahan pokok sehari-hari.

"Setiap hari saya bersama keluarga makan seadanya, jika punya uang beli ikan asin. Kalau tidak ada uang cukup makan dengan garam," kata Ny Nari (45) warga Cihiyang, Desa Rangkasbitung Timur, Kabupaten Lebak.

Ia mengatakan, sejak terjadi kenaikan bahan pokok pihaknya merasa terpukul, karena minimnya pendapatan suami sebagai buruh perkebunan kelapa sawit.

Pendapatan suami, kata dia, hanya Rp5.000 per hari sehingga tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Uang sebesar itu mana cukup untuk beli lauk-pauk karena minyak goreng saja sudah mencapai Rp 9.500 per liter," katanya.

Akan tetapi, pihaknya masih terbantu tibanya musim panen karena selama dua bulan ke depan tidak membeli beras.

Dia mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga dengan berjualan daun singkong. "Sehari hasil berjualan daun singkong bisa mencapai Rp5.000," kata dia.

Begitu pula Udin (40) warga Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak, mengaku, kenaikan bahan pokok membuatnya tidak dapat membeli kebutuhan bahan pokok secara cukup.

"Saat ini harga minyak goreng, telur,jenis sayuran bahkan sabun mandi dan odol mengalami kenaikan. Sejak terjadi kenaikan bahan pokok kami makan sehari-hari seadanya. Yang penting ketemu nasi," kata Udin yang sehari-harinya berprofesi pengojek motor.

Hal sama dikeluhkan warga miskin, Satria (50) warga Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, yang menyatakan, terkadang ia tak mampu beli beras serta lauk- pauk karena tak memiliki pekerjaan tetap.

"Kami bisa makan jika ada warga yang menyuruh bekerja, karena selama ini masih menganggur,"katanya.

Kasi Gizi, Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Tata Sudita, mengemukakan, saat ini jumlah balita gizi buruk tercatat 1.450 orang dan diperkirakan mengalami peningkatan disebabkan daya beli masyarakat sangat rendah.

"Keluarga miskin sulit mencukupi kebutuhan bahan pokok akibat kenaikan harga telur yang mencapai Rp 12.500 per kilogram, belum lagi harga lainya seperti lauk pauk serta jenis sayuran, padahal Balita sangat membutuhkan zat protein dan karbohidrat agar terhindar dari gizi buruk," kata Tata Sudita.(*)
 


Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.