Sunday, 22 June 2008 MATARAM - Balita penderita gizi buruk di Nusa Tenggara Barat (NTB) selama empat bulan pertama 2008 mencapai 466 orang, 20 orang diantaranya meninggal dan baru 113 orang yang bisa diatasi pemulihannya. Sebelumnya, selama setahun terakhir 2007, ada 1.667 kasus yang 52 orang meninggal. Terbanyak korbannya di Kabupaten Lombok Timur. Berdasar penelitian penyebab selalu terulangnya gizi buruk karena kurangnya asupan ibu hamil dan perempuan dalam keluarga akibat pola makan dalam rumah tangga keluarga yang mendahulukan suami dan anak laki-laki. Sebelumnya, jumlah balita penderita gizi buruk cukup besar. Pada tahun 2001 mencapai 5.156 orang balita tapi yang meninggal baru 15 orang. Tahun 2002 penderitanya 3.118 orang dan yang meninggal 18. Tahun 2003 sebanyak 2.089 dan meninggal 18 orang. Tahun 2004 penderitanya 2.089 orang balita dan yang meninggal 9 orang. Tahun 2004 ada 1.544 dan yang meninggal 5 orang. Tahun 2005, turun lagi menjadi 3.517 orang dan yang meninggal pun lebih banyak lagi menjadi 40 orang. Sedangkan pada tahun 2006 berkurang lagi menjadi 2.65 tetapi masih ada 10 orang meninggal.
Namun, menurut Kepala Sub Dinas Pelayanan Kesehatan dan Gizi Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Barat Sabar Setiawan, dari kasus 2008, korban meninggal bukan disebabkan oleh kelaparan. Dari 466 kasus yang meninggal 20 orang semuanya karena penyakit. "Jadi tidak ada yang mati karena kelaparan," ujarnya dalam pertemuan dengan wartawan, Sabtu (21/6) siang. Sisa kasus 333, disebabkan penyakit 284 kasus dan yang tanpa penyakit karena murni gizi buruk hanya 49 kasus atau 14.7 persen.
Tetapi Sabar Setiawan mengakui bahwa berdasar hasil penelitian yang pernah dilakukan ahli kependudukan Universitas Mataram almarhun Syachrinuddin Seman, bahwa perempuan adalah penerima asupan makanan yang terakhir. Misalnya seorang ibu hanya memperoleh tulang yang dapat diisapnya. Ibu tidak terlalu sehat, sewaktu remaja anak perempuan tidak memperoleh asupan yang cukup. "Siklus pola makan seperti ini yang harus dipotong, diubah," kata Sabar.
Mengenai penanganan gizi buruk ini, Sabar Setiawan mengatakan keterbatasan petugas gizi pada 133 puskesmas se NTB. Menurutnya, ratio petugas gizi di NTB menangani 2.500 balita. Lebih besar dari pada seorang guru yang menghadapi 40 orang siswa dalam satu kelas.(supriyantho khafid)
http://lomboknews.com/2008/06/22/gizi-buruk-karena-pola-makan-keluarga/
|
23 June 2008
GIZI BURUK KARENA POLA MAKAN KELUARGA
Diunggah oleh The Institute for Ecosoc Rights di Monday, June 23, 2008