Kamis, 17 Juli 2008 | 01:48 WIB Jakarta, Kompas - Melambungnya harga susu formula menyebabkan banyak orangtua mengurangi atau menghentikan pemberian susu tersebut kepada bayi atau anak di bawah lima tahun. Dokter ahli gizi, Tirta Prawita Sari, mengatakan, kondisi ini amat mengkhawatirkan dan berakibat buruk terhadap perkembangan fisik maupun otak anak. "Tidak masalah memberikan susu kedelai, teh, dan tajin kepada anak balita sebagai asupan gizi tambahan karena di dalamnya juga terkandung protein, kalsium, kalori, dan beberapa vitamin. Namun, dibandingkan air susu ibu dan susu formula, kandungan zat gizinya kurang mencukupi bagi bayi atau anak balita," kata Tirta, Rabu (16/7).
Dengan kandungan protein dan kalsium tinggi, air susu ibu (ASI) dan susu formula menentukan perkembangan fisik serta otak yang sempurna. Anak pun bisa tumbuh tinggi, kekebalan tubuh kuat, dan cerdas.
Tirta menambahkan, para orangtua diharapkan tetap memberikan ASI dan susu formula kepada anak-anaknya. Tidak perlu susu yang mahal, tetapi harus produk yang berizin resmi dari Departemen Kesehatan.
"Akan lebih baik jika pemerintah atau pihak swasta mulai memproduksi susu formula dalam negeri. Sumber bahan, berupa susu sapi cair maupun zat-zat yang dibutuhkan susu formula, amat sangat mungkin dipenuhi dari dalam negeri. Jika produksi sendiri dan bukan lisensi asing, tentu harganya bisa ditekan jauh lebih murah dan terjangkau oleh warga," tutur Tirta.
Sementara itu, harapan warga bisa memperbaiki status gizi lewat pos pelayanan terpadu (posyandu) melalui program pemberian makanan tambahan (PMT) ternyata sulit terpenuhi. Hal itu terjadi karena posyandu umumnya memiliki dana terbatas dan tak mendapat dana khusus dari pemerintah untuk melaksanakan program perbaikan gizi.
Posyandu di RW 1 Kelurahan Sukasari, Kota Tangerang, misalnya, malah harus susah payah menghimpun dana untuk PMT. "Biasanya kami berkeliling minta sumbangan kepada warga. Ada juga ketua RT yang setor Rp 30.000," kata Ny Murni, ketua posyandu di sana. Wujud PMT antara lain pemberian telur rebus dan bubur kacang hijau dan agar-agar. (PIN/TRI/NEL)
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/17/0148505/anak.balita.terancam.kekurangan.gizi |
22 July 2008
Anak Balita Terancam Kekurangan Gizi
Diunggah oleh The Institute for Ecosoc Rights di Tuesday, July 22, 2008