-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

07 July 2008

TKI Tewas Terlindas Truk

Sabtu, 5 Juli 2008 - 21:29 wib
BLITAR - Kisah malang kembali dialami Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di negeri jiran. Widodo (43), TKI asal Desa Sidomulyo, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar yang bekerja di perusahaan perkebunan nanas Peninsula Plantations, Parit Sikom, Johor Bahru, Malaysia tewas setelah mengalami kecelakaan kerja.

Ironisnya, korban yang telah bekerja di tempat perusahaan itu sejak 10 Januari 2007 silam ini ditabrak truk milik perusahaannya sendiri di areal perkebunan. Akibatnya, tubuh korban terpental dan meninggal seketika. Peristiwa itu sendiri terjadi pada tanggal 30 Juni 2008 pada pukul 10.15 WIB.

Sekretaris Jenderal Aliansi Buruh Migran (ABM) Jawa Timur Jafar Shodiq mengatakan, korban masuk dan bekerja di Malysia tidak melalui Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI). Meski ilegal, namun Widodo mengantongi visa tinggal. Karena itu ia tetap berhak menerima asuransi kecelakaan dan hak normatif dari perusahaan berupa uang duka dan pesangon.

Meski pihak perusahaan sudah bersedia mengirim jenasah pulang ke rumah, namun hak-hak material korban belum diberikan. Karena itu kami terus berjuang untuk mencairkan dana itu, ujar Jafar .

Saat ini, ABM tengah mendesak perwakilan pemerintah RI di Johor Malysia melalui KBRI untuk menyelesaikan persoalan itu. Ia berharap perusahaan tempat korban bekerja bersedia memenuhi kewajiban tersebut untuk diserahkan kepada keluarga Widodo di Blitar.

Menurut catatan ABM Jawa Timur, selama kurun waktu tahun 2008 ini sedikitnya terjadi 21 kasus yang menimpa TKI asal Jawa Timur. Selain kecelakaan kerja yang berujung pada kematian, kasus tersebut antara lain jatuh dari apartemen, trafficking, hingga penipuan.

Jafar menegaskan, tingginya kasus yang terjadi pada TKI ini merupakan dampak lemahnya perlindungan pemerintah terhadap mereka. Ia memandang komitmen pemerintah terhadap TKI tidak sebanding dengan target perolehan devisa. Akibatnya pemrintah melalui Dinas Tenaga Kerja dan PJTKI hanya bisa mengirimkan tenaga kerja tanpa regulasi yang jelas.

Banyaknya kasus yang menimpa TKI merupakan catatan buruk bagi pemerintah. Mereka hanya mengejar perolehan devisa tanpa kompensasi yang layak, jelasnya.

Sementara itu keluarga Widodo sendiri berharap Pemerintah Kab Blitar bersedia membantu pencairan hak-hak korban yang belum terbayar. Apalagi selama ini masyarakat Kab Blitar tercatat paling banyak mengirimkan TKI ke beberapa negara.

Saya hanya berharap uang yang seharusnya diterima suami saya diberikan untuk memenuhi kebutuhan 5 anak saya, ujar Supiyah, 40, istri Widodo di rumahnya kemarin.

Jenazah korban tiba di rumah duka pukul 03.15 WIB kemarin setelah melalui perjalanan udara dengan pesawat Malaysia Airline. Setelah disemayamkan sejenak, jenasah dimakamkan pada pukul 09.30 WIB di pemakaman desa setempat. (Hari Tri Wasono/Sindo/sis)