Kamis, 25/09/2008 10:00 WIB
Sri, TKW yang Dibuang Majikan di Jerman Tiba di Jakarta
Aksara Kauniyah - detikNews
Frankfurt - Sri Harini, tenaga kerja asal Indonesia yang ditinggalkan begitu saja oleh majikannya di Frankfurt beberapa waktu lalu kini tengah dalam perjalanan kembali menuju Indonesia. Dengan menggunakan maskapai penerbangan Kuwait Airways akhirnya Sri meninggalkan Jerman pada Rabu (24/9/2008) pukul 15.10 waktu setempat.
Gadis asal Kendal itu rencananya akan tiba di Indonesia Kamis (25/9/2008) setelah menempuh perjalanan sejauh 6.900 mil selama 19 jam di atas udara dengan satu kali transit di Bandara Kuwait.
Sri yang masuk ke Eropa melalui Paris, Perancis, terpisah dari keluarga tempatnya bekerja di Muenchen, Jerman. Pernyataan Kantor Perwakilan Uni Emirat Arab (UEA) yang mengatakan Sri melarikan diri telah dibantahnya mentah-mentah..
Perempuan yang telah bekerja selama setahun sembilan bulan di Abu Dhabi itu sempat terkatung-katung dan menangis di pusat kota Muenchen hingga akhirnya ditemukan Shafet (sebelumnya disebut Shafiq), seorang warga Jerman keturunan Turki. Sejak itulah Sri tinggal bersama Shafet dan keluarganya untuk beberapa lama hingga akhirnya berhasil menghubungi Kantor Perwakilan RI di Frankfurt pada 16 September silam.
Selama hidup bersama keluarga Shafet, Sri ikut membantu dua usaha yang dimiliki keluarga itu: sebuah butik pakaian pengantin dan toko bahan makanan Cavusoglu.. Sri yang sudah dianggap sebagai bagian keluarga Turki itu mengaku diperlakukan sangat baik dan manusiawi. Shafet juga menuturkan selama bersamanya Sri dikenal rajin dan jujur. Lantaran itulah Shafet berencana mengundang Sri untuk datang kembali ke Jerman dan bekerja di kedua unit usahanya.
Suasana mengharukan sempat terjadi menjelang Sri berangkat menuju Bandara Frankfurt. Shafet beserta keluarga yang dihubunginya melalui telepon untuk berpamitan dan mengucapkan terima kasih terdengar terisak-isak melepas kepulangan Sri ke Indonesia. Mereka berpesan agar Sri lekas menghubungi mereka setibanya di tanah air.
Sementara itu, menurut penuturan Sri, semua hal itu tidak terjadi selama ia bekerja di Abu Dhabi sebelumnya. Sri mesti bekerja sejak pukul tujuh pagi hingga menjelang pukul empat dini hari. Ia juga acap dikasari dan dimarahi untuk perkara sepele, meski Sri tetap menganggap hal itu sebagai "kewajaran".
Selama di sana ia juga kesulitan berkomunikasi dengan warga Indonesia lainnya, lebih-lebih dengan pihak KBRI. Sri juga dilarang memiliki alat komunikasi seperti telepon genggam.
Sementara itu, dokumen penting seperti paspor juga dikuasai sang majikan. Parahnya lagi, sampai hari ini Sri bahkan tidak pernah mengetahui nama keluarga tempatnya bekerja. Hal-hal semacam ini tentu saja memunculkan kerawanan bagi keselamatan para TKI di luar negeri. Kejadian ini sekaligus menyuguhkan tanda tanya besar bagi kinerja PJTKI dan Departemen Tenaga Kerja dalam melindungi para TKI di luar negeri.
Sebelum terbang menuju Jakarta, Sri sempat bermalam di Wisma Indonesia, kediaman Kepala Perwakilan RI di Frankfurt. Dalam jamuan buka puasa dan salat tarawih bersama Selasa lalu di tempat itu ikut hadir sejumlah mahasiswa dan warga yang terus memantau perkembangan kasus yang menimpa Sri Harini. Sri sempat menceritakan, ketika menghubungi kantor KJRI Frankfurt ia langsung mendapat respons yang cukup cepat.
Ia ditemui Bambang Hutama dan Surono Sugeng yang pada hari itu langsung mendatangi Kantor Perwakilan UEA di Muenchen, pihak imigrasi Jerman, dan keluarga Shafet. Beruntung semua pihak yang terkait dengan kasus itu bertindak sangat kooperatif sehingga tak dijumpai kesulitan berarti.
Eddy Setiabudhi yang saat ini mengepalai Kantor Perwakilan RI di Frankfurt dalam kesempatan lain memberi penjelasan terkait langkah-langkah yang ditempuh pihak Indonesia. Kecuali perlindungan, pelayanan, dan membantu menyediakan tiket kepulangan Sri ke Indonesia, ia juga terus mengupayakan agar Sri bisa mendapatkan hak-haknya sesuai kontrak yang telah disepakati.
Selain Kantor Perwakilan UEA, ia juga telah menghubungi KBRI Abu Dhabi dan pihak PJTKI untuk melakukan penelusuran terhadap majikan Sri untuk menuntaskan permasalahan ini. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada warga Indonesia di Muenchen yang terlibat membantu penyelesaian kasus ini, termasuk di antaranya Swadaya dan Indomu, dua perhimpunan warga Indonesia di Kota Muenchen.http://www.detiknews.com/read/2008/09/25/100012/1012196/10/sri,-tkw-yang-dibuang-majikan-di-jerman-tiba-di-jakarta
Sri, TKW yang Dibuang Majikan di Jerman Tiba di Jakarta
Aksara Kauniyah - detikNews
Frankfurt - Sri Harini, tenaga kerja asal Indonesia yang ditinggalkan begitu saja oleh majikannya di Frankfurt beberapa waktu lalu kini tengah dalam perjalanan kembali menuju Indonesia. Dengan menggunakan maskapai penerbangan Kuwait Airways akhirnya Sri meninggalkan Jerman pada Rabu (24/9/2008) pukul 15.10 waktu setempat.
Gadis asal Kendal itu rencananya akan tiba di Indonesia Kamis (25/9/2008) setelah menempuh perjalanan sejauh 6.900 mil selama 19 jam di atas udara dengan satu kali transit di Bandara Kuwait.
Sri yang masuk ke Eropa melalui Paris, Perancis, terpisah dari keluarga tempatnya bekerja di Muenchen, Jerman. Pernyataan Kantor Perwakilan Uni Emirat Arab (UEA) yang mengatakan Sri melarikan diri telah dibantahnya mentah-mentah..
Perempuan yang telah bekerja selama setahun sembilan bulan di Abu Dhabi itu sempat terkatung-katung dan menangis di pusat kota Muenchen hingga akhirnya ditemukan Shafet (sebelumnya disebut Shafiq), seorang warga Jerman keturunan Turki. Sejak itulah Sri tinggal bersama Shafet dan keluarganya untuk beberapa lama hingga akhirnya berhasil menghubungi Kantor Perwakilan RI di Frankfurt pada 16 September silam.
Selama hidup bersama keluarga Shafet, Sri ikut membantu dua usaha yang dimiliki keluarga itu: sebuah butik pakaian pengantin dan toko bahan makanan Cavusoglu.. Sri yang sudah dianggap sebagai bagian keluarga Turki itu mengaku diperlakukan sangat baik dan manusiawi. Shafet juga menuturkan selama bersamanya Sri dikenal rajin dan jujur. Lantaran itulah Shafet berencana mengundang Sri untuk datang kembali ke Jerman dan bekerja di kedua unit usahanya.
Suasana mengharukan sempat terjadi menjelang Sri berangkat menuju Bandara Frankfurt. Shafet beserta keluarga yang dihubunginya melalui telepon untuk berpamitan dan mengucapkan terima kasih terdengar terisak-isak melepas kepulangan Sri ke Indonesia. Mereka berpesan agar Sri lekas menghubungi mereka setibanya di tanah air.
Sementara itu, menurut penuturan Sri, semua hal itu tidak terjadi selama ia bekerja di Abu Dhabi sebelumnya. Sri mesti bekerja sejak pukul tujuh pagi hingga menjelang pukul empat dini hari. Ia juga acap dikasari dan dimarahi untuk perkara sepele, meski Sri tetap menganggap hal itu sebagai "kewajaran".
Selama di sana ia juga kesulitan berkomunikasi dengan warga Indonesia lainnya, lebih-lebih dengan pihak KBRI. Sri juga dilarang memiliki alat komunikasi seperti telepon genggam.
Sementara itu, dokumen penting seperti paspor juga dikuasai sang majikan. Parahnya lagi, sampai hari ini Sri bahkan tidak pernah mengetahui nama keluarga tempatnya bekerja. Hal-hal semacam ini tentu saja memunculkan kerawanan bagi keselamatan para TKI di luar negeri. Kejadian ini sekaligus menyuguhkan tanda tanya besar bagi kinerja PJTKI dan Departemen Tenaga Kerja dalam melindungi para TKI di luar negeri.
Sebelum terbang menuju Jakarta, Sri sempat bermalam di Wisma Indonesia, kediaman Kepala Perwakilan RI di Frankfurt. Dalam jamuan buka puasa dan salat tarawih bersama Selasa lalu di tempat itu ikut hadir sejumlah mahasiswa dan warga yang terus memantau perkembangan kasus yang menimpa Sri Harini. Sri sempat menceritakan, ketika menghubungi kantor KJRI Frankfurt ia langsung mendapat respons yang cukup cepat.
Ia ditemui Bambang Hutama dan Surono Sugeng yang pada hari itu langsung mendatangi Kantor Perwakilan UEA di Muenchen, pihak imigrasi Jerman, dan keluarga Shafet. Beruntung semua pihak yang terkait dengan kasus itu bertindak sangat kooperatif sehingga tak dijumpai kesulitan berarti.
Eddy Setiabudhi yang saat ini mengepalai Kantor Perwakilan RI di Frankfurt dalam kesempatan lain memberi penjelasan terkait langkah-langkah yang ditempuh pihak Indonesia. Kecuali perlindungan, pelayanan, dan membantu menyediakan tiket kepulangan Sri ke Indonesia, ia juga terus mengupayakan agar Sri bisa mendapatkan hak-haknya sesuai kontrak yang telah disepakati.
Selain Kantor Perwakilan UEA, ia juga telah menghubungi KBRI Abu Dhabi dan pihak PJTKI untuk melakukan penelusuran terhadap majikan Sri untuk menuntaskan permasalahan ini. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada warga Indonesia di Muenchen yang terlibat membantu penyelesaian kasus ini, termasuk di antaranya Swadaya dan Indomu, dua perhimpunan warga Indonesia di Kota Muenchen.http://www.detiknews.com/read/2008/09/25/100012/1012196/10/sri,-tkw-yang-dibuang-majikan-di-jerman-tiba-di-jakarta