PONTIANAK, SELASA- Dua dari 16 tenaga kerja asal Indonesia (TKI) yang kabur dari Serawak, Malaysia, ditemukan warga saat berjalan menuju perbatasan, sedangkan 14 lainnya belum diketahui nasibnya. AR (37) dan KU (28), dua TKI yang ditemukan warga saat ini ditampung kerabatnya di Pontianak, Kalimantan Barat.
"Kami memilih kabur karena pekerjaan yang dijanjikan agen tidak sesuai kenyataan," kata AR di Pontianak, Selasa (4/11).
AR mengaku diiming-imingi oleh agen tak resmi akan mendapat gaji 800 ringgit per-bulan tanpa potongan. Petani asal Cianjur, Jawa Barat, itupun tergiur. Bersama 13 rekan sekampungnya, AR terbujuk iming-iming agen tersebut.
"Awalnya memang agak ragu. Tapi agen itu saya kenal, akhirnya mau juga," kata AR. Ia dan teman-temannya kemudian diminta menyerahkan uang Rp1 juta hingga Rp 1,5 juta untuk pengurusan dokumen keberangkatan. Uang itu harus sudah diserahkan sebelum berangkat dari Cianjur.
Dari Cianjur, para calon TKI itu dibawa ke Cipayung dan dilanjutkan ke Tanjungpriok, Jakarta. Dari Tanjungpriok mereka dibawa ke Pontianak, karena pengurusan paspor dilakukan di Kantor Imigrasi Pontianak. "Paspor dibuat malam hari sekitar pukul 20.00 WIB, karena katanya kantor itu tutup pukul 21.00 WIB," kata AR.
Setelah dokumen lengkap, AR dan rekan-rekan diberangkatkan menggunakan bus pada Minggu (19/10) malam. Namun tidak langsung dibawa ke lokasi kerja, malah diinapkan di Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, karena masih ada dua rekannya yang belum lengkap dokumennya.
Dua hari kemudian, mereka diberangkatkan ke Serawak dengan penambahan dua calon TKI lagi, yakni warga yang tinggal di daerah perbatasan, sehingga total calon TKI yang berangkat 16 orang.
"Kami langsung dibawa ke kebun sawit. Saya tidak tahu persis tempatnya di mana. Tapi jarak tempuh dari Entikong kira-kira 2,5 jam," papar AR.
Melarikan diri
Baik AR, KU maupun rekan-rekan lainnya kaget karena penjelasan mandor sangat berbeda dengan janji agen. Mereka hanya digaji 14 ringgit per hari. Jumlah itu didapat setelah dipotong 200 ringgit setiap bulannya untuk mengganti biaya pengurusan dokumen oleh dua agen sebelumnya.
Tidak terima dengan perlakuan tersebut, AR, KU dan teman-temannya memilih kabur dengan berjalan kaki melintasi hutan perbatasan. Pada mulanya mereka masih satu rombongan, akan tetapi setelah dua hari dua malam, mereka akhirnya terpisah menjadi dua kelompok.
Tiga orang, termasuk AR dan KU memilih jalur lain, sementara sisanya terus menelurusi hutan sampai akhirnya ketiganya terpisah lagi. Satu orang memilih jalur lain, sedangkan AR dan KU melintasi jalan raya.
Seorang warga yang melintas melihat keduanya lalu menolongnya ke luar perbatasan Indonesia-Malaysia.
Kini, AR dan KU belum mengetahui nasib 14 teman lainnya. Sementara AR da KU sekarang ditampung kerabatnya di Pontianak. http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/04/20470963/dua.malam.berlari.di.hutan.perbatasan