-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

23 January 2009

Bulog Siap Optimalkan Diversifikasi Pangan

Republika Newsroom

Kamis, 22 Januari 2009 pukul 20:39:00
 
JAKARTA -- Perum Bulog siap menjadi mitra pemerintah dalam melakukan optimalisasi program diversifikasi atau penganekaragaman pangan sehingga ketergantungan pada beras sebagai makanan pokok bisa dikurangi. Dirut Perum Bulog, Mustafa Abubakar, di Jakarta, Kamis, mengatakan, saat ini konsumsi beras nasional sebanyak 139 kg per kapita per tahun atau secara keseluruhan mencapai 35 juta ton per tahun.

"Jika konsumsi tersebut bisa ditekan sebanyak 5 juta ton saja, Indonesia bisa melakukan ekspor beras," katanya. Oleh karena itu, tambahnya, untuk menekan tingkat konsumsi beras tersebut bisa dilakukan dengan mengalihkan ke palawija atau umbi-umbian apalagi di Indonesia sumberdaya alamnya sangat mendukung.

Mustafa membandingkan konsumsi beras di India hanya 70 persen dari Indonesia sedangkan di Malaysia sekitar 80 kg/kapita/tahun sementara Jepang justru lebih rendah lagi yakni hanya 50 kg/kapita/ tahun. Menurut dia, pemanfaatan umbi-umbian sangat potensial baik dari segi produksi maupun konsumsi di tanah air sebagai upaya untuk melakukan diversifikasi pangan.

Namun, tambahnya, saat ini, pemerintah belum berhasil mengembangkan penganekaragaman produksi pangan yang berkelanjutan. Hal itu terlihat dari indek diversifikasi cenderung menurun di semua provinsi dan semakin mengarah ke produksi padi.

Adanya kelemahan kebijakan pangan dan strategi dalam penguatan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga maupun nasional yang mana terlihat dari terlalu besarnya perhatian pada komoditas beras seperti jaminan harga, irigasi, benih, teknologi dan lainnya melalui alokasi dana penelitian dan pengembangan, kredit maupun program intensifikasi.

Di sisi lain, dari segi diversifikasi konsumsi juga terjadi bias yakni cenderung ke pangan pokok beras bahkan ke tepung gandum yang bukan berasal dari produksi pati dalam negeri.

Dari segi kelembagaan, menurut dia, pelaksanaan program diversifikasi pangan yang dilakukan oleh berbagai departemen saat ini, seperti Deptan, Depso, Depkes, Depnakertrans, Dephut, Depdag, Deperind, Kementrian Riset dan Teknologi, LIPI maupun Pemda kurang terintegrasi dan terpilah-pilah baik perencanaan, implementasi maupaun monitorin dan evaluasi.

"Bulog dapat dipakai sebagai lembaga trigger (pemacu) untuk memperkuat diversifikasi konsumsi dalam implementasi gerakan nasional divefisikasi konsumsi," katanya.

Sebelumnya, dalam Seminar dan Temu Ahli Nasional bertema Revitalisasi Peran dan Fungsi Bulog dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan Nasional, Dirut Bulog, mengungkapkan, pada tahun 2008, pihaknya mampu menghemat devisa sebanyak 500 juta dolar AS karena tidak melakukan impor beras.

Pada 2007, lanjutnya, dalam kegiatan yang digelar di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu, Bulog masih melakukan impor beras sebanyak 1,5 juta ton lebih rendah dari target yang ditetapkan sebanyak 1,5 juta ton karena pengadaan dalam negeri mencapai 1,76 juta ton

Sementara itu, untuk 2008 perusahaan logistik milik pemerintah tersebut berhasil melakukan pengadaan dalam negeri melalui pembelian gabah ke petani sebanyak 3,2 juta ton dari target yang direncanakan 3,3 juta ton.

Pada kesempatan itu, Mustafa juga mengungkapkan, pihaknya siap melakukan ekspor beras jika produksi nasional mengalami surplus tahun ini, namun demikian, kepastiannya masih menunggu perhitungan angka tetap dari Badan Pusat Statistik (BPS). "Kalau belum kuartal III, kita belum berani melakukan ekspor. Kalau betul-betul aman, baru dilakukan ekspor agar harga di petani tidak jatuh," katanya. ant/is

Link: http://www.republika.co.id/berita/27575.html