-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

09 January 2009

Dana Perbaikan Gizi Sangat Minim

08 Jan 2009

Palembang - Dana perbaikan gizi balita di Palembang tahun ini ternyata sangat minim, hanya Rp 200 juta. Padahal, perbaikan gizi merupakan salah satu bentuk pelayanan bagi masyarakat.


Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palembang satu tahun ke depan hanya menganggarkan untuk perbaikan gizi Rp 200 juta. Dana sekecil itu pun masih harus dibagi dalam beberapa kegiatan, seperti penambahan energi protein, anemia, kekurangan yodium, vitamin A, dan penambahan zat besi. "Semestinya, meski anggaran terbatas, dana perbaikan gizi balita dan anak sekolah ditambah," ujar Wakil Ketua DPRD Palembang A Djauhari, Rabu (7/1).


Saat ini pengeluaran anggaran akan dikonsentrasikan pada sejumlah sektor, seperti pendidikan dan kesehatan. Diprioritaskannya masalah perbaikan gizi masyarakat, diharapkan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).


"Kita harus konsisten terhadap masalah kesehatan ini, nanti akan saya hubungi Komisi IV agar dana gizi buruk mendapat prioritas dalam pembahasan RAPBD 2009," ujarnya.


Kepala Dinkes Kota Palembang Gema Asiani mengatakan para penderita gizi buruk akan mendapatkan tambahan pendamping ASI berupa makanan pabrik dalam kemasan, yaitu biskuit untuk anak balita 1-2 tahun dan bubur untuk anak usia 6-11 bulan, dalam kurun tiga bulan. Hal ini berdasarkan kartu menuju sehat (KMS) saat bayi ditimbang di posyandu. "Dari timbangan itu, akan disesuaikan apakah bayi dengan umur seperti itu tingginya sesuai berat badannya," ujarnya.


Berdasarkan data Dinkes Palembang, kasus balita kurang gizi, meskipun mengalami penurunan, masih tetap tinggi. Pada 2007, penderita kurang gizi sebanyak 700 balita. Jumlah ini turun menjadi 630 balita pada 2008, dengan jumlah balita seluruhnya 137.448 orang. Kendati demikian, pada 2008 terdapat kasus gizi buruk dua orang.


Dua orang yang mengalami gizi buruk tersebut menderita hidrosefalus dan komplikasi penyakit lainnya. Penderita gizi buruk tersebut bukan warga Kota Palembang. Namun, karena telah berbulan-bulan berobat di Palembang, pasien tersebut akhirnya menetap di Palembang. Dia juga menyebutkan, pada 2007 ada pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS).


Tahun itu juga dianggarkan dana Rp 218 juta untuk menyuplai makanan bergizi kepada 2.896 siswa yang tersebar di 18 sekolah dasar, madrasah ibtidaiyah (MI), dan pondok pesantren (ponpes) di Palembang, termasuk pemberian obat cacing sebanyak dua kali. Untuk 2008, diberikan juga bantuan biskuit bagi 820 anak.


"Persoalan gizi ini sangat rentan dengan kemiskinan, sehingga perlu diwaspadai wilayah yang tingkat kemiskinannya masih rendah, seperti di Gandus, Kertapati, SU I dan II," tuturnya.


Hingga kini pihaknya terus mengaktifkan posyandu yang tersebar di Kota Palembang yang berjumlah 924, dari 1.023 posyandu yang ada. Pengecekan kesehatan juga dapat dilakukan di 38 puskesmas. (muhammad nasir)


Link: http://www.sinarharapan.co.id/berita/0901/08/nus05.html